Rabu, 14 Januari 2015

Askep Kritis Ventilator Accited Pneumonia (VAP)

Pengertian
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah di sekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit.
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi.“(A. Aziz Alimul : 2006)”
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan ganganguan pertukaran gas setempat“(Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Hal. 801)”
Pneumonia adalah kondisi peradangan akut pada paru-paru dimana alveolus dan bronkhus yang lebih kecil terisi oleh eksudat radang“(JM. Gibson, MD, Mikrobiologi dan Patologi Modern, hal. 111)”.

Patogenesis
Pneumonia di kelompokan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu di antaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, di bagi menjadi dua kelompok, yaitu community-acquired (di peroleh di luar sarana pelayanan kesehatan) dan hospital-acquired (di peroleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya). Streptococcus pneumoniae menjadi penyebab tersering terjadinya pneumonia yang di dapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh penderita untuk melawan infeksi sering kali terganggu. Selain itu, kemungkinan terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotokmenjadi lebih besar.

Pneumonia bakteri di tandai oleh eksudat intraalveolar supuratif di sertai konsilidasi. Proses infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi. Jika terjadi pada satu atau lebih lobus disebut pneumonia lobaris, sedangkan pneumonia lobularis atau bronkopneumonia menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang memiliki bercak dengan diameter sekitar 3-4 cm mengelilingi dan mengenai bronkus.
Penting juga diketahui tentang perbedaan antara pneumonia yang didapat dari masyarakat dengan pneumonia yang didapat dirumah sakit. Frekuensi relatif dari agen-agen penyebab pneumonia berbeda pada kedua sumber ini. Infeksi nasokomia sering disebabkan oleh bakteri gram negatif atau staphylococcus aureus. Stadium dari pneumonia karena pneumococcus adalah sebagai berikut :
1. Kongesti ( 4 – 12 jam pertama): eksodat masuk ke serosa masuk kedalam alveolus dari pembuluh darah yang bocor.
2. Hepatisasi merah ( 48 jam berikutnya): paru-paru tampak merah dan tampak bergranula karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveolus.
3. Hepatisasi kelabu ( 3-8 hari): paru-paru tampak abu-abu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.
4. Resolusi (7 -11 hari): eksudat mengalami lilis dan di reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada struktur semula.

Etiologi, Tanda, dan Gejala

Jenis pneumonia Etiologi Faktor resiko Tanda dan gejala
Sindroma tipikal • Sreptococcus pneumonia tanpa penyulit
• Sterptococcus pneumonia dengan penyulit • Sicklo cell diseases
• Hipogammaglobulinemia
• Multipel mieloma • Onset mendadak dingin, mengigil, demam (39-40°C)
• Nyeri dada pleuritis
• Batuk produktif, sputum hijau dan puluren serta mungkin mengandung bercak darah. Terkadang hidung kemerahan.
• Reaksi interkostal, penggunaan otot aksesorius, dan bisa timbul sianosis.


Sindroma atipik • Haemophilus influenzae
• Staphilococcus aureus • Usia tua
• COPD
• Flu • Onset bertahap dalam 3-5 hari
• Malaise, nyeri kepala,nyeri tenggorokan, dan batuk kering.
• Nyeri dada karena batuk
• Mycoplasma pneumonia
• Virus patogen • Anak-anak
• Dewasa muda
Aspirasi • Aaspirasi basil gram negatif, klebsiela, pseudomonas, enterobacter, escherchia proteus, basil gram positif
• Starfilococcus
• Aspirasi asam lambung • Alkoholismedebilitas
• Perawatan (misal infeksi nosokimial).
• Gangguan kesadaran • Pada kuman anaerob campuran, mulanya onset perlahan
• Demam rendah, batuk
• Produksi sputum/bau busuk
• Foto dada terlihat jaringan interstitial tergantung bagian yang parunya yang terkena.
• Infeksi gram negatif atau positif
• Gambaran klinik mungkin sama dengan pneumonia klasik.
• Disters respirasi mendadak, dispnea berat, sianosis, batuk, hipoksemia,dan di ikuti tanda infeksi sekunder
Hematogen • Terjadi bila kuman patogen menyebar ke paru-paru melalui aliran darah, seperti pada kuman stafilococcus, E. Coli, anaerob enteritik • Kateter IV yang terinfeksi
• Endokarditis
• Drug abuse
• Abses intraabdomen
• Pielonefritis
• Empiema kandung kemih • Gejala pulmonaltimbul minimal di banding gejala septikemi
• Batuk nonproduktif dan nyeri pleuritik sama seperti yang terjadipada emboli paru


Patofisiologi
Paru merupakan struktur komplek yang terdiri atas kumpulan unit yang di bentuk melalui percabangan progresif jalan napas. Saluran napas bagian bawah yang normal adalah steril, walaupun bersebelahan dengan sejumlah besar mikroorganisme yang menepati orofaring dan terpajang oleh mikroorganisme dari lingkungan di dalam udara yang di hirup. Sterilisasi saluran napas bagian bawah adalah hasil mekanisme penyaring dan pembersihan yang efektif.
Saat terjadi inhalasi-bakteri mikroorganisme penyebab pneumonia ataupun akibat dari penyebaran secara hematogen dari tubuh dan aspirasi melalui orofaring-tubuh pertama kali akan melakukan mekanisme pertahanan primer dengan meningkatkan respons radang.
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh pelbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnyaukuran sang penyebab tersebut.















PENATALAKSAAAN MEDIS dan KEPERAWATAN

 PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian antibiotic
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bias diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.seperti: penicillin, cephalosporin.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
2. Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator
3. Pemberian O2
4. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi


Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
 PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
1. Oksigen 1-2 L/menit.
2. IVFD dekstrose 10 % :NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
4. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
5. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
7. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :


 Untuk kasus pneumonia community base :
ü Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
ü Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

 Untuk kasus pneumonia hospital base :
ü Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
üAmikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PNEUMONIA
Pengkajian
1. Biodata
Pneumonia lobularis sering terjadi secara primer pada orang dewasa, Ketika seorang dewasa mempunyai penyakit bronkopneumonia, kemungkanan besar ada penyakit yang mendahuluinya.
Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri ( yang tersering yaitu bakteri streptococcus pneumoniae pneumococcus), Pneumonia sering kali menjadi infeksi terakhir( sekunder) pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit tertentu.

2. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama dan riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama yang sering timbul pada klien pneumonia adalah adanya awitan yang ditandai dengan keluhan mengigil, demam ≥ 40°C, nyeri pleuritik, batuk, sputum berwarna seperti karat, takipnea terutama setelah adanya konsilidasi paru.
 Riwayat kesehatan masa lalu
Pneumonia sering kali timbul setelah infeksi saluran nafas atas ( infeksi pada hidung dan tenggorokan). Resiko tinggi timbul pada klien dengan riwayat alkoholik, post – operasi, infeksi pernafasan, dan klien dengan imonosupresi ( kelemahan dalam sistem imun). Hampir 60% dari klien kritis di ICU dapat menderita pneumonia dan 50% (separuhnya) akan meninggal.

3. Pemeriksaan fisik
Presentasi bervariasi bergantung pada etiologi, usia dan keadaan klinis ( Sudoyo,2006).
o Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S. Pneumoniae, sterptococcus spp,dan Staphylococcus.
o Awitan yang tidak terlihat dan ringan pada orang tua atau orang dengan penurunan imunitas akibat kuman yang kurang patogen atau opertunistik.
o Tanda-tanda fisik pada pneumonia klasik yang biasa di jumpai adalah deman, sesak napas, tanda-tanda konsilidasi paru ( ronki nyaring serta suara pernapasan brokial.
o Ronki basah dan gesekan pleura dapat terdengar di atas jaringan yang terserang karena eksudat dan fibrin dalam alveolus.

4. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto rontgen dada (chest x-ray): teridentifikasi penyebaran, misalnya lobus, bronkial; dapat juga menunjukan multipel abses atau infiltrat,empiema ( staphylococcus ); penyebaran atau lokasi infiltrasi ( bakterial ) ; atau penyebaran ekstensif nodul infiltrat ( sering kali viral ) ; pada pneumonia mycoplasma, gambaran chest x- ray mungkin bersih.
b. ABGs / pulse oximetry: abnormalitas mungkin timbul bergantung pada luasnya perusakan paru .
c. Kultur sputum dan darah atau gram stain: di dapatkan dengan needle boipsy, transtracheal aspiration, fiberopticf bronchoscopy atau biopsi paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab. Akan di dapatkan lebih dari satu jenis kuman, seperti diplococcus pneumoniae, staphylococcus aureus, A hemolitik steapthococcus dan haemophilus influenzae.
d. Hitung darah lengkap/ complete blood count ( CBC ): leukositosis biasanya timbul, meskipun nialai SDP rendah pada infeksi virus.
e. Tes serologik: membantu membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik.
f. Laju endap darah ( LED ): meningkat.
g. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun ( kongesti dan kolaps alveolar ), tekanan saluran udara meningkat, compliance menurun, dan akhirnya dapat terjadi hipoksemia.
h. Elektrolit: sodium dan klorida mungkin rendah.
i. Bilirubin

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan : pneumonia, diantaranyaadalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi trakeobronkial, pembentukan udem, dan peningkatan produksi sputum.
b. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar kapiler (efek inflamasi).
c. Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d tidak adekuatnya mekanisme pertahanan tubuh primer (penurunan aktivitas silia, sekret, stasis disaluran nafas).
d. Intoleransi aktivitas b.d tidak seimbangnya oksigen suplay dan deman
e. Nyeri akut b.d inflamasi pada parenkim paru


Rencana Keperawatan

Tindakan yang perlud ilaksanakan
1. Inefektif pola napas b/d dispnoe
Kriteria evaluasi : pola napas kembali normal
INTERVENSI RASIONALISASI
• Observasi pola napas dan catat frekuensi pernafasan, jarak antara pernafasan spontan dan napas ventilator.

• Tinggikan kepala tempat tidur atau letakkan pada kursi ortopedik bila mungkin.
• Pemberian O2 dipertahankan



• Bantu latihan napas efektif. • pasien pada ventilator dapat mengalami hyper ventilasi atau hypo ventilasi, dispnoe dan berupaya memperbaiki kekurangan O2.
• Peninggian kepala pasien mempemudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
• Dapat membantu mengurangi akibat yang ditimbulkan memenuhi O2 yang diperlukan oleh tubuh.
• Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnoe.








2. Inefektif clearance airway b/d konsolidasi paru atau eksudat
Kriteria evaluasi :mengidentifikasi perilaku mencapai bersihan jalan napas.
INTERVENSI RASIONALISASI
• Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.




• Bantu pasien latihan batuk efektif. Tunjukan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk.

• Penghisapan sesuai indikasi



• Berikan cairan hangat.


• Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : ekspektoran, bronkhodilator dan analgesik. • Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan dinding dada/ cairan paru.

• Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami.
• Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan sendiri.
• Cairan yang hangat dapat memobilisasi dan pengeluaran sekret.
• Obat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati karena dapat menurunkan upaya batuk.





3. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d peradangan pada pleura.
Kriteria evaluasi : menyatakan nyeri hilang/ terkontrol
INTERVENSI RASIONALISASI
• Tentukan karakteristik nyeri


• Pantau tanda vital


• Berikan tindakan nyaman dengan latihan napas

• Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.

• Kolaborasi pemberian obat analgesik dan antitusif sesuai indikasi. • Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia.
• Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri.
• Dengan relaksasi saraf tidak dipacu untuk bekerja secara aktif.
• Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.
• Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/ menurunkan mukosa berlebihan.






4. Intoleransi aktivitas b/d hypoksemia
Kriteria evaluasi : peningkatan toleransi terhadap aktivitas
INTERVENSI RASIONALISASI
• Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama perawatan.
• Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlu keseimbangan aktivitas dan istirahat.

• Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat/tidur

• Bantu aktivitas perawatan diri dan berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan. • Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
• Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
• Pasien nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau menunduk ke depan bantal.
• Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2.


2.9 Implementasi
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi criteria hasil. Implementasi keperawatan biasa dilakukan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim medic lainnya.

3.0 Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan criteria hasil/ tujuan yang di buat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila criteria hasil/ tujuan telah tercapai. Klien akan masuk kembali kedalam siklus apabila criteria hasil belum tercapai.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pneumonia adalah suatu penyakit pada system pernafasan yang merupakan proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah di sekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit.Penyakit ini disebabkan oleh bakteri.
















DAFTAR PUSTAKA

Allen, Carol Vestal. 1998. Memahami Proses Keperawatan Dengan Pendekatan Latihan. Jakarta : EGC

Elly Nurrachmah, Dra, DNSC, Prosedur Keperawatan Medikal Bedah, EGC, 2000.

Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, 2001.

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan .Jakarta : Salemba Medika


Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid2.Jakarta :Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKU




(Mapping VAP)
Mikrorganisme
(bakteri, virus dan jamur)





Inhalasi mikrorganisme
Ke dalam paru-paru
Penyebaran hematogen dari
Fokus lain


Reaksi inflamasi pada parenkim paru
(sebagai upaya organ paru melawan mikroorganisme)





Pe­ permeabilitas kapiler
¯
Cairan dan protein keluar
¯
Eksudat
¯
Edema paru
¯
Membran respirasi >tebal
(alveolus)
¯
*Pe¯ kecepatan difusi
* Pe¯ compliance
¯
hipoksemia
¯
Pe¯ metabolisme
¯
Pe¯ produk energi
¯
Kelelahan
¯
Intoleransi aktivitas Nekrotik parenkim
¯
Pleura
¯
Pleuritis
¯
Nyeri dada
¯
Gangguan rasa nyaman

Konsolidasi paru
¯
Inefektif clearance airway




Dispnoe
Inefektif pola napas

Merangsang chemo reseptor
¯
RR ­
¯
Pasang oksigen sesuai kebutuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar