Senin, 10 Juni 2013

Makalah Otitis Media tapi Askepnya tentang Katarak...

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan)molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001).
Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001).
Proses mendengar pada anak atau orang dewasa normal merupakan proses yang alami, timbul tanpa usaha tertentu dari individu dan sepertinya terjadi secara otomatis dan tanpa kita sadari, padahal untuk dapat mendengar bunyi atau suara percakapan harus melalui suatu tahapan atau proses.
Proses mendengar sebenarnya sudah terjadi segera setelah bayi dilahirkan normal ke dunia, bahkan organ pendengaran sudah berfungsi seperti layaknya orang dewasa tatkala janin berusia 20 minggu kehamilan. Janin sudah dapat memberikan reaksi ketika diberikan stimulus berupa nada murni berfrekwensi tinggi melalui microphone yang ditempatkan pada perut ibu seperti yang dilaporkan pertama kali oleh seorang peneliti yang bernama Johansson et al pada tahun 1964.
Kemudian dalam perjalanan hidupnya sejak dilahirkan, bayi akan mendapat input suara-suara yang ada dilingkungan sekitarnya sehari-hari secara terus menerus. Dalam keadaan pendengaran normal, rangsangan suara tadi akan direkam dan dipersepsikan dipusat sensorik diotak sehingga anak dapat mengenal suara yang pernah didengarnya.
Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi pada manusia sangat tergantung pada fungsi pendengaran.
Dari uraian diatas sangatlah jelas hubungan antara kemampuan anak untuk mendengar dan kemampuan untuk berbicara. Apabila terjadi gangguan pendengaran sejak dini maka akan terjadi pula gangguan perkembangan bicara
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami masalah dengan kasus gangguan persepsi dan sensori pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
2. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi system persepsi dan sensori pendengaran.
2. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi pada gangguan sistem persepsi dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia.
3. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dengan gangguan system persepsi dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia.
4. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dengan gangguan system persepsi dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia
5. Mahasiswa mampu memahami system pelayanan kesehatan untuk pasien dengan gangguan system persepsi dan sensori pendengaran.
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pencegahan primer, sekunder, dan tersier pada masalah system persepsi dan sensori pendengaran
7. Mahasiswa mampu mengklasifikasi kasus dan mampu memprioritaskan masalah keperawatan dengan gangguan system persepsi dan sensori pendengaran
8. Mahasiswa mampu melakukan fungsi advocacy pada kasus gangguan system pendengaran
9. Mahasiswa mampu menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah system persepsi dan sensori pendengaran.
10. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan gangguan system persepsi dan sensori pendengaran pada berbagai tingkat usia dengan standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovasi sehingga menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif dengan memperhatikan aspek legal dan etik.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Otitis Media ?
2. Bagaimana Anatomi dan Fisiologis Telinga ?
3. Bagaimana Etiologi Otitis Media ?
4. Bagaimana Pathofisiologis dari Otitis Media ?
5. Bagaimana Manifestasi Klinik dari Otitis Media ?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Otitis Media ?
7. Bagaimana Komplikasi dari Otitis Media ?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Media dari Otitis Media ?
9. Pengkajian dan Askep Otitis Media ?





BAB II
Anatomi dan Fisiologi Telinga
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).

Bagian –bagian telinga terdiri dari :
a. Auris Externa / Telinga luar (PINNA)
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
Bagian-bagian telinga luar terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1) Daun telinga (Auricula) mengandung cartilago elastic
a) Concha Auricula
• Cymba Conchae
• Cavum Conchae
b) Lobulus Aurikula (lembek, tidak mengandung cartilago, mengandung jaringan ikat fibrosa dan lemak)
c) Helix, bagian pangkal dibatasi oleh crus helicis, sedangkan crus helicis menjadi pembatas antara cymba conchae dan cavum conchae
d) Anti helix, mengandung fossa triangularis/tulang rawan dengan bagian pangkal dibatasi oleh crura anti helix. Helix dan anti helix dibatasi oleh scapha
e) Tragus
2) Liang telinga luar (Meatus acusticus externus) = MAE
Pembagian :
a) Meatus acusticus cartilageus
• Berambut
• Mengandung glandula sebasea dan seruminosa yang mengeluarkan secret seperti lilin
• Posisi 1/3 lateral
b) Meatus acusticus asseus terdapat di Posisi 2/3 medial
Auris medial / Telinga tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
Bagian-bagian dari telinga tengah terdiri dari :
1) Cavitas tympatica
2) Membrana tympatica
3) Ossicula auditoria tulang telinga
• Maleus : Terdapat Tuba auditorius
• Incus : Eustachius berhubungan
• Stapes : Dengan nasopharinx dan membuka pada saat menelan
4) Tuba Auditoria / Tuba Auditorius / Tuba Eustachius
Auris Interna / Telinga dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak
Bagian-bagian dari telinga dalam terdiri atas :
1) Labirinthus osseus / Tulang labirin
a) Cochlea
• Berisi duktus cochlear
Teridiri dari :
• Skala vestibule
• Skala medial
• Skala tympani
Skala vestibule dan media dipisahkan oleh membrane vestibularis.
Skala media dan tympani dipisahkan oleh membrane basilaris, dibagian permukaan terdapat organ corti (sel rambut).
b) Canalis semicircularis yaitu berisi ductus semicircularis dengan berujung pada ampula
c) Vestibula merupakan organ keseimbangan tubuh.
Terdiri atas :
• Sacculus
• Utriculus


2) Labirynthus membranaceus / Labirin membranosa
Terdiri dari :
a) Labirynthus vestibularis
b) Labirynthus cochlearis
Mengandung :
a) Cairan
• Perilimfe (kaya ion Natrium)
• Endolimfe (kaya ion Kalium)
b) Sel rambut
c) Masa gelatinosa (mempengaruhi terhadap kecepatan impuls saraf)
Terdapat beberapa system yang berkaitan dengan system pendengaran antara lain:
1) Musculus / Otot
a) Otot ekstrinsik
• Musculus Auricularis Anterior
• Musculus Auricularis posterior
• Musculus Auricularis Superior
b) Otot intrinsic
• Musculus elicis mayor
• Musculus helicis minor
• Musculus tragicus
• Musculus anti tragicus
• Musculus obliqus auricularis
• Musculus tranversus auricularis
• Musculus auricularis / auriculare
2) Vaskuler / Pembuluh darah
a) Rami Auriculares arteri temporal Superficiale
b) Rami Auriculares arteri auriculars posterior
3) Os Temporal
a) Pars Squamosa
• Terdapat tonjolan kea rah depan ( Processus zygomaticus Ossis Tempolaris
• Bagian caudal ( Tuberculum articulare)
• Lekukan di caudal ( Fossa mandibularis)
b) Pars Tympatica
c) Pars Styloidea (tonjolan memanjang )
d) Pars mastoidea (bagian caudal dari Os temporal)
Tonjolan kearah caudal ( Processus Mastoideus)
e) Pars Petrosa ( berbentuk pyramid besisi 3 dengan puncak petromedial)
4) Persarafan
a) Nervus Vagus R Auricularis : sebelah luar, peremukaan luar membran timpani
b) Nervus Auricularis magnus R posterior : di belakang daun telinga
c) Nervus auricularis magnum R anterior : di permukaan depan daun telinga
d) Nervus Mandibularis
e) Nervus auriculo temporalis
f) Nervus meatus acustici eksterni 3-5 berada di akar depan daun telinga, dasar, dinding depan dan atap saluran pendengaran luar, lapisan luar membran tympani, dan membrane tympatic
g) Nervus facialis
h) Nervus auricularis posterior R auricularis berada di semua otot daun telinga.
Fisiologis
Fisiologi pendengaran
Energi bunyi ditangkap daun telinga dalam bentuk gelombang > getarkan membran timpani > melewati tulang pendengaran MIS (maleus, inkus, stapes) > energi diamplifikasi > diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap jorong sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak > getaran diteruskan ke membrana reissner yang mendorong endolimfe > timbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria > terjadi defleksi stereosilia sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel > terjadi depolarisasi rambut > lepaskan neurotransmiter ke dalam sinaps yang akan timbulkan potensial aksi pada saraf auditorius > lanjut ke nukleus auditorius > korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
Daun telinga / Pinna/ Aurikula fungsinya : menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membran timpani).
Membran timpani (gendang telinga) merupakan perbatasan telinga bagian luar dengan tengah. Berbentuk kerucut, dilapisi kulit pada permukaan eksternal, dilapisi mukosa pada permukaan internal.
Tuba Eustachius berfungsi menghubungkan telinga tengah dengan faring berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua sisi membran timpani normalnya tuba ini menutup dan akan terbuka saat menelan, mengunyah, dan menguap
Osikel auditori (tulang pendengaran berfungsi sebagai penghantar getaran dari membran timpani ke fenesta vestibuli
Otot berfungsi bantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara dengan nada tinggi (peredam bunyi).





BAB III
OTITIS MEDIA
I. DEFINISI
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid (Ahmad Mufti, 2005)
Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun.
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yangdisebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah(Smeltzer, 2001).
Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruhperiosteum telinga tengah (Mansjoer,Arif,2001).
Klasifikasi
Otitis media terbagi atas :
1). Otitis Media Superatif
• Otitis media superatif akut, atau otitis media akut
• Otitis media superatif kronik
2). Otitis Media Non Superatif
• Otitis media serosa akut
• b.Otitis media serosa kronik

II. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain:
Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat:
o Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang
o Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total
o Perforasi membran timpani yang menetap.
Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah.
Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau timpano-sklerosis.
Terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.
Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.
Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dariotitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tubaeustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telingatengah juga akan terganggu
ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya(misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitisalergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besarkemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMAdipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.
BakteriBakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris
III. Pathofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius. Ketika bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan, peradangan pada saluran tersebut.
Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi kelenjarminyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang membran timpani.Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,sehingga pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang osikel(maleus, incus, stapes) yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapatbergerak bebas.
Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulandapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higienekurang diperhatikan, terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanyadaya tahan tubuh yang kurang baik
IV. Pathway
Organism / bakteri & jamur dan faktor pencetus lainya

telinga eksternal

pendengaran menurun telinga tengah(tuba eustachi)

infeksi sepanjang kulit kanal

proses produksi terhambat

gagguan komunikasi bengkak, merah, panas sehingga menutup daerah kanal telinga

terbentuk furunkel yang menekan kulit yang sensitive

nyeri makin berat dan tidak ada ruang untuk furunkel berkembang didaerah telinga

telinga tengah



OM serosa memblok tuba eustachi OM puruten terbentuk pus

Tidak ada aliran udara ke telinga tengah mengisi ruang / rongga telinga

Karena ada penekannan erat
Nyeri

Eksudat seruosa meningkat

Membrane tipani

Reptur membrane tipani

Perubahan persepsi sensori


V. Manifestasi Klinis
Gejala klinis otitis media akut tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien, keluhan utama pada anak yang sudah dapat berbicara adalah :
• Rasa nyeri di dalam telinga
• Terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.
• Suhu tubuh yang tinggi (39,5 0).
Pada orang dewasa terdapat keluhan, rasa nyeri, gangguan pendengaran berupa rasa penuh ditelinga.
VI. Pemeriksaan Penunjang
• Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
• Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpany
• Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosesntesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani)
• Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif
• Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid
VII. Komplikasi
Sebelum ada antibiotika, otitis media akut dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningtis dan abses otak)
Sekarang setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagian komplikasi dari OMSK.
Komplikasi ditelinga tengah :
a. Perforasi persisten membrane timpani
b. Erosi tulang pendengaran
c. Paralisis nervus fasial
VIII. Penatalaksanaan Medis
- Gejala ringan : nyeri telinga ringan dan demam < 39oC dalam 24 jam terakhir. - Gejala berat : nyeri telinga sedang – berat / demam 39oC. Diobati dengan antibiotik per-oral, yaitu dengan Amoxilin, atau penisilin dosis tinggi untuk penderita dewasa. Phenilephrine (dalam obat flu) dapat membuka tuba eustachius. Jika nyeri menetap atau hebat, demam, muntah, atau diare, dan tau jika genang telinga menonjol. Dilakukan miringotomi. Terapi bergantung stadium penyakit. 1.) Stadium Oklus Untuk membuka kembai tuba eustachius, agar tekanan di telinga tengah hilang. Obat tetes telinga HCl efedrin 0,5% (anak < 12 tahun) atau HCl efedrin 1% dalam fisiologis (anak > 12 tahun dan dewasa). Antibiotik jika penyebabnya kuman.
2.) Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, (golongan penisilin / eritromisin) tetes hidung, analgesik. Miringotomi jika, membran timpani sudah terlihat hiperemis difusi. Pada anak diberikan ampisilin 4 x 40 mg/ kg BB/ hari, amoxilin 4x40mg/kgBB/hari, atau eritromisin 4 x 40 mg/kg BB/hari.

3.) Stadium peforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari dan antibiotik adekuat sampai tiga minggu.
4.) Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan terjadi ruptus.
5.) Stadium Resolusi
Bila tidak terjadi perbaikan/ pemulihan/ kesembuhan berikan antibiotik dilanjutkan sampai 3 minggu.
IX. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Keluhan utama dapat berupa :
1) Gangguan pendengaran / pekak.
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :
a) Apakah keluhan tsb. pada satu telinga atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah secara bertahap dan sudah berapa lamanya.
b) Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemakaian obat ototoksik sebelumnya.
c) Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensa berat dan meningitis.
d) Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi , atau pada tempat yang bising atau pada tempat yang tenang.
2) Suara berdenging / berdengung (tinitus)
a) Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung atau berdenging yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga.
b) Apakah tinitus ini menyertai gangguan pendengaran.
3) Rasa pusing yang berputar (vertigo).
Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh.
a) Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan timbul lagi bila bangun dnegan gerakan cepat.
b) Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya di sentral. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada kekakuan pergerakan otot-oto leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.
4) Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)
a) Apakah pada telinga kiri /kanan dan sudah berapa lama.
b) Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi mulut, tonsil, atau tulang servikal karena telinga di sarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.
5) Keluar cairan dari telinga (otore)
a) Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit atau tidak dan sudah berapa lama.
b) Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor serebrospinal.
c. Tes audiometrik.
Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dengan bantuan audiometrik.
Tujuan :
1) Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.
2) Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.
3) Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.
4) Mengetahui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan konduktif) dari telinga tengah (sistem neurologi).
Pendengaran dapat diidentifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum seseorang mendengar suara frekuensi yang spesifik. Bunyi pada titik nol terdengar oleh orang yang pendengarannya normal. Sampai ke-20 db dianggap dalam tingkat normal.
X. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan
b. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran
c. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di saraf pendengaran.
d. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
e. Resiko tinggi trauma berhubungaan dengan gangguan presepsi pendengaran
f. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan

XI. Intervensi
a. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan
Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan bahwa rasa nyeri berkurang.
- Klien mampu melakukan metode pengalihan suasana.
Intervensi Keperawatan :
- Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti menarik nafas panjang.
Rasional : Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi nyeri yang diderita klien.
- Kompres dingin di sekitar area telinga
Rasional : Kompres dingin bertujuan untuk mengurangi nyeri karena rasa nyeri teralihkan oleh rasa dingin disekitar area telinga.
- Atur posisi klien
Rasional : Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa lebih nyaman.
- Untuk kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruki, beri sedatif sesuai indikasi
Rasional : Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi sensasi nyeri dari dalam.
b. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran
Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.
Intervensi Keperawatan :
- Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, bahasa isyarat.
Rasional : Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
- Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
§ Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras):
* Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.
* Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
§ Jika klien dapat membaca ucapan :
* Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
* Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda.
§ Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
* Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
* Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
§ Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
Rasional : Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien.
- Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
§ Bicara dengan jelas, menghadap individu.
§ Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
§ Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
§ Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional : Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.
c. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di saraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil :
Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat fungsional.
Intervensi Keperawatan :
- Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
Rasional : Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
- Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
Rasional : Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
- Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
Rasional : Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen.
- Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional : Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.
d. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekhawatirannya.
Intervensi Keperawatan :
- Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
Rasional : Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
- Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
Rasional : Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.
- Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien.
Rasional : Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.



BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Smeltzer, 2001, Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah. Penyebab utama dari OMA adalah tersumbatnyasaluran/tuba eustachius yang bisa disebabkan oleh proses peradangan akibatinfeksi bakteri yang masuk ke dalam tuba eustachius tersebut, kejadian ISPA yangberulang pada anak juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya OMA padaanak.

Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain: StadiumHiperemi, Oklusi, Supurasi, Koalesen, dan Stadium Resolusi. Dimana manifestasidari OMA juga tergantung pada letak stadium yang dialami oleh klien. Terapi dariOMA juga berdasar pada stadium yang dialami klien. Dari perjalanan penyakitOMA, dapat muncul beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh klien,antara lain: gangguan rasa nyaman (nyeri), perubahan sensori persepsipendengaran, gangguan komunikasi, dan kecemasan.

B. Saran
• Untuk instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan
• Untuk klien dan keluarga
Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai.






Daftar Pustaka

http://ayipsyarifudin45.blogspot.com/2012/10/makalah-otitis-media.html
Donna L. Wong, L.F. Whaley, Nursing Care of Infants and Children, Mosby Year Book
Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi III, FKUI,1997.
Wong Whaley, Clinical Manual of Pediatric Nursing, Mosby Year Book.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya
Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta
Nanda 2012-2014
NIC,NOC








ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Tn.K (66th) datang ke poli mata dengan keluhan pendangan kabur,ketajaman penglihatan menurun silau jika terkena matahari langsung. Klien mengatakan awalnya (5th lalu) pandangan tidak jelas seperti butir air yang menghalangi kemudian lama-lama seperti kabut, saat malam hari tidak bisa melihat sama sekali. Keluarganya mengatakan klien sering menabrak perabotan rumah meskipun itu siang hari, klien memiliki riwayat DM sejak usia 50th. Dari hasil pemeriksaan TTV di peroleh :
TD : 150/100 mmHg
HR : 90 x/mnt
RR : 18 x/mnt
S : 37° C
Visus Klien menurun dan klien di jadwalkan untuk operasi.
Data Fokus
Data Subyektif :
- Tn.K (66th) datang ke poli mata dengan keluhan pendangan kabur,ketajaman penglihatan menurun silau jika terkena matahari langsung
- Klien mengatakan awalnya (5th lalu) pandangan tidak jelas seperti butir air yang menghalangi kemudian lama-lama seperti kabut, saat malam hari tidak bisa melihat sama sekali
- Keluarganya mengatakan klien sering menabrak perabotan rumah meskipun itu siang hari, klien memiliki riwayat DM sejak usia 50th
Data Obyektif :
- Dari hasil pemeriksaan TTV di peroleh :
TD : 150/100 mmHg
HR : 90 x/mnt
RR : 18 x/mnt
S : 37° C
- Visus Klien menurun dan klien di jadwalkan untuk operasi.
Analisa Data
NO Symptom Etiologi Problem
1 DS :
- Tn.K (66th) datang ke poli mata dengan keluhan pendangan kabur,ketajaman penglihatan menurun silau jika terkena matahari langsung
- Klien mengatakan awalnya (5th lalu) pandangan tidak jelas seperti butir air yang menghalangi kemudian lama-lama seperti kabut, saat malam hari tidak bisa melihat sama sekali
- Keluarganya mengatakan klien sering menabrak perabotan rumah meskipun itu siang hari, klien memiliki riwayat DM sejak usia 50th
DO :
- TD : 150/100 mmHg
- Visus Klien menurun dan klien di jadwalkan untuk operasi.
Disfungsi Sensorik Risiko Tinggi Cidera
2. DS :
- Tn.K (66th) datang ke poli mata dengan keluhan pendangan kabur,ketajaman penglihatan menurun silau jika terkena matahari langsung
- Klien mengatakan awalnya (5th lalu) pandangan tidak jelas seperti butir air yang menghalangi kemudian lama-lama seperti kabut, saat malam hari tidak bisa melihat sama sekali
- Keluarganya mengatakan klien sering menabrak perabotan rumah meskipun itu siang hari, klien memiliki riwayat DM sejak usia 50th
DO :
- TD : 150/100 mmHg
- Visus Klien menurun dan klien di jadwalkan untuk operasi.
Gangguan Persepsi Defisit Perawatan Diri
3. DS :
- Tn.K (66th) datang ke poli mata dengan keluhan pendangan kabur,ketajaman penglihatan menurun silau jika terkena matahari langsung
- Klien mengatakan awalnya (5th lalu) pandangan tidak jelas seperti butir air yang menghalangi kemudian lama-lama seperti kabut, saat malam hari tidak bisa melihat sama sekali
- Keluarganya mengatakan klien sering menabrak perabotan rumah meskipun itu siang hari, klien memiliki riwayat DM sejak usia 50th
DO :
- TD : 150/100 mmHg
- Visus Klien menurun dan klien di jadwalkan untuk operasi.
Gejala terkait penyakit Gangguan Rasa Nyaman
4. - Tn.K (66th) datang ke poli mata dengan keluhan pendangan kabur,ketajaman penglihatan menurun silau jika terkena matahari langsung
- Klien mengatakan awalnya (5th lalu) pandangan tidak jelas seperti butir air yang menghalangi kemudian lama-lama seperti kabut, saat malam hari tidak bisa melihat sama sekali
- Keluarganya mengatakan klien sering menabrak perabotan rumah meskipun itu siang hari, klien memiliki riwayat DM sejak usia 50th
DO :
- TD : 150/100 mmHg
- Visus Klien menurun dan klien di jadwalkan untuk operasi.
Perubahan dalam Status Kesehatan Ansietas

Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Tinggi Cidera b/d Disfungsi Sensorik
2. Ansietas b/d Perubahan dalam Status Kesehatan
3. Defisit Perawatan Diri b/d Gangguan Presepsi
4. Gangguan Rasa Nyaman b/d Gejala Terkait Penyakit


Intervensi
Hr/Tgl No.Dx NOC NIC Rasional TT
Rabu, 5 Juni 2013
08.00 1. Setelah di lakukan tindakan 1 x 12 jam Resiko Tinggi Cidera dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Risk Control, Visual Impairment
- Klien memahami faktor yang mungkin menyebabkan cidera,mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
- Tidak terjadi cidera atau menabrak sesuatu - Batasi aktivitas seperti berjalan-jalan atau mondar-mandir

- Bantu Klien mengetahui keadaan atau kondisi ruang di sekitar RS

- Ajarkan kepada keluarga untuk mengarahkan klien apabila klien ingin berjalan atau membutuhkan sesuatu Untuk menurunkan resiko jatuh karena penglihatan yang berkurang
Dengan begitu klien akan merasa seperti bisa melihat dengan sempurna

Untuk mengurangi resiko yang terjadi kepada klien


Implementasi
Hr/tgl No.Dx Implementasi Respon TT
Rabu
5 Juni 2013
08.30

09.00





10.30 1 -Membatasi aktivitas seperti berjalan-jalan atau mondar-mandir


Membantu Klien mengetahui keadaan atau kondisi ruang di sekitar RS



Mengajarkan kepada keluarga untuk mengarahkan klien apabila klien ingin berjalan atau membutuhkan sesuatu DS : Klien mengatakan bisa melakukan hal tersebut
DO : klien tampak hati-hati dan tidak sembarangan untuk berjalan apabila tidak ada keluarga yang mendapingi

DS : Klien mengatakan bisa membayangkan lingkungan sekitar
DO : Klien bisa mengulangi apa yang sudah di jelaskan oleh perawat
DS : Keluarga klien mengatakan siap untuk melakukan hal tersebut apabila klien merasa butuh sesuatu keluarga akan siap membantu
DO : keluarga klien mengerti dan melaksanakan hal tersebut seperti memberikan minum ketika klien haus.


Evaluasi
Hr/Tgl No.Dx Evaluasi TT
Rabu 5 Juni 2013
12.30 1. S :
-Klien mengatakan bisa membayangkan lingkungan sekitar
-Keluarga klien mengatakan siap untuk melakukan hal tersebut apabila klien merasa butuh sesuatu keluarga akan siap membantu
O :
-klien tampak hati-hati dan tidak sembarangan untuk berjalan apabila tidak ada keluarga yang mendapingi
-keluarga klien mengerti dan melaksanakan hal tersebut seperti memberikan minum ketika klien haus.
A :
Intervensi tercapai
P :
Pertahankan intervensi agar resiko cidera tidak terjadi








Sabtu, 01 Juni 2013

LIRIK LAGU WHAT MAKES YOU BEUTIFUL BY ONE DIRECTION

You're insecure
Don't know what for
You're turning heads when you walk through the door
Don't need make up
To cover up
Being the way that you are is enough

Everyone else in the room can see it
Everyone else but you

[Chorus]
Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at the ground it aint hard to tell
You don't know
Oh Oh
You don't know you're beautiful

If only you saw what I can see
You'll understand why I want you so desperately
Right now I'm looking at you and I can't believe
You don't know
Oh oh
You don't know you're beautiful
Oh oh
But that's what makes you beautiful

So c-come on
You got it wrong
To prove I'm right I put it in a song
I don't know why
You're being shy
And turn away when I look into your eyes

Everyone else in the room can see it
Everyone else but you

[Chorus]
Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at the ground it aint hard to tell
You don't know

Oh oh
You don't know you're beautiful

If only you saw what I can see
You'll understand why I want you so desperately
Right now I'm looking at you and I can't believe
You don't know
Oh oh
You don't know you're beautiful
Oh oh
But that's what makes you beautiful

[Bridge]
Nana Nana Nana Nana
Nana Nana Nana Nana
Nana Nana Nana Nana

Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at the ground it aint hard to tell
You don't know
Oh Oh
You don't know you're beautiful

[Chorus]
Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at the ground it aint hard to tell
You don't know
Oh oh
You don't know you're beautiful

If only you saw what I can see
You'll understand why I want you so desperately
Right now I'm looking at you and I can't believe
You don't know
Oh Oh
You don't know you're beautiful
Oh oh
You don't know you're beautiful
Oh oh
But that's what makes you beautiful