Jumat, 06 April 2012

KESEIMBANGAN ASAM BASA


RESUME BIOKIMIA
OLEH : AMONA RATNA AYU MAYASARI (04.11.2979)
             HELENA LIPAT OLA                       (04.11.2992)
 KELAS E KP II
MATERI :
1.      KESEIMBANGAN ASAM BASA
2.      TRANSPORT OKSIGEN DAN KARBONDIOKSIDA
3.      KURVA DISOSIASI OKSIHEMOGLOBIN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI.




1.KESEIMBANGAN ASAM BASA

Asamseringdikenalisebagaizatberbahayadankorosif.Hal inibenaruntukbeberapajenisasam yang digunakan di laboratorium, sepertiasamsulfatdanasamklorida.Tetapiasam yang tidakberbahayajugabanyakditemuidalamkehidupansehari – hari.Misalnyapadacukadanbuah – buahan.Sepertihalnyaasam, basajugaseringdigunakandalamkehidupansehari – hari.Misalnyadalam pasta gigi, deterjen, ataucairanpembersih.Secaraumum, asamdapatdikenalidaribaudanrasanya yang tajam / asam.Sedangkanbasabersifatlicindanrasanyapahit.Biladiteteskanpadakertas litmus, asamakanmemberikanwarnamerahdanbasaakanmemberikanwarnabiru.


TEORI-TEORI ASAM BASA
a).. Teori Arrhenius
Menurut Arrhenius (1884), asamadalahzat yang melepaskan ion H+atau H3O+dalam air. Sedangkanbasaadalahsenyawa yang melepas ion OH- dalam air.
                                             HA  +  aq   à   H+(aq)  +  A-(aq)
                                             BOH  +  aq   à   B+(aq)  +  OH-(aq)
Di dalam air, ion H+ tidak berdiri sendiri, melainkan membentuk ion dengan H2O.
                                             H+  +  H2O   à   H3O+ (ion hidronium)
Berdasarkan jumlah ion H+ yang dapat dilepaskan, asam dapat terbagi menjadi
1.      Asam monoprotik à melepaskan 1 ion H+
Contoh : asam klorida (HCl)
                       HCl  à  H+(aq)  +  Cl-(aq)
2.      Asam diprotik à  melepaskan 2 ion H+
Contoh : asam sulfat (H2SO4
                       H2SO4à  H+(aq)  + HSO4-(aq)
                       HSO4-à  H+(aq)  + SO42-(aq)
3.      Asam triprotik à melepaskan 3 ion H+
Contoh : asam fosfat (H3PO4)
                       H3PO4à  H+(aq)  + H2PO4-(aq)
H2PO4-à  H+(aq)  + HPO42-(aq)
Bila asam dan basa direaksikan, maka produk yang akan terbentuk adalah senyawa netral (yang disebut garam) dan air. Reaksi ini disebut sebagai reaksi pembentukan garam atau reaksi penetralan, yang akan mengurangi ion H+ dan OH- serta menghilangkan sifat asam dan basa dalam larutan secara bersamaan. Jika asam yang bereaksi dengan basa adalah asam poliprotik, maka akan dihasilkan lebih dari satu jenis garam.Senyawa NaHSO4disebutsebagaigaramasam, yaitugaram yang tebentukdaripenetralanparsialasampoliprotik.Garamasambersifatasam, sehinggadapatbereaksidenganbasamembentukprodukgaram lain yang netraldan air.

b).  Teori Brönsted – Lowry
Teori Arrhenius ternyata hanya berlaku pada larutan dalam air. Teori ini tidak dapat menjelaskan fenoena pada reaksi tenpa pelarut atau dengan pelarut bukan air. Pada tahun 1923, Brönsted – Lowry mengungkapkan bahwa sifat asam – basa ditentukan oleh kemempuan senyawa untuk melepas / menerima proton (H+). Menurut Brönsted – Lowry, asam adalah senyawa yang memberi proton (H+) kepada senyawa lain.
Contoh :HCl  +  H2O   à   H3O+  +  Cl-
Sedangkan basa adalah senyawa yang menerima proton (H+) dari senyawa lain.
Contoh : NH3  +  H2O   à   NH4+  +  OH-
Dalam larutan, asam / basa lemah akan membentuk kesetimbangan dengan pelarutnya.

Ø  Asam konjugasi : asam yang terbentuk dari basa yang menerima proton
Ø   
Ø  Basa konjugasi : basa yang terbentuk dari asam yang melepas proton

TeoriBrönsted – Lowry memperkenalkanadanyazat yang dapatbersifatasammaupunbasa, yang disebutsebagaizatamfoter. Contohnya adalah air. Di dalam larutan basa, air akan bersifat asam dan mengeluarkan ion positif (H3O+). Sedangkan dalam larutan asam, air akan bersifat basa dan mengeluarkan ion negatif (OH-).

c). Teori Lewis
Lewis mengelompokkan senaywa sebagai asam dan basa menurut kemampuannya melepaskan / menerima elektron. Menurut Lewis,
Ø  Asam : - senyawa yang menerima pasangan elektron
- senyawa dengan elektron valensi < 8
Ø  Basa : - senyawa yang mendonorkan pasangan elektron
- mempunyai pasangan elektron bebas
Contoh : Reaksi antara NH3 dan BF3
                                             H3N :  +  BF3à   H3NàBF3
Nitrogen mendonorkan pasangan elektron bebas kepada boron. Pasangan elektron bebas yang didonorkan ditandai dengan tanda panah antara atom nitrogen dan boron.
Kelebihan teori Lewis ini adalah dapat menjelaskan reaksi penetralan yang dilakukan tanpa air. Misalnya pada reaksi antara Na2O dan SO3. Menurut Arrhenius, reaksi penetralan ini harus dilakukan dalam air.

KONSEP PH
Air memiliki sedikit sifat elektrolit. Bila terurai, air akan membentuk ion H+ dan OH-. Kehadiran asam atau basa dalam air akan mengubah konsentrasi ion – ion tersebut. Untuk suatu larutan dalam air, didefinisikan pH dan pOH larutan untuk menunjukkan tingkat keasaman.

 Derajat keasaman (pH) Asam / Basa Kuat
Penentuan pH asam / basa kuat dihitung dengan persamaan
                                                            pH  =  - log [H+]
                                                            pOH  =  - log [OH-]
Hasil kali ion [H+] dan [OH-] dalam air selalu konstan, dan disebut tetapan air (Kw).
                                                            Kw  =  [H+]  [OH-]  =  10-14
                                                            pH  +  pOH  =  14
Derajat keasaman (pH) Asam / Basa Lemah
Asam dan basa lemah hanya terurai sebagian dalam air.
Bila asam lemah terurai dalam air :
                                             HA  +  H2O  =  H3O+  +  A-
Tetapan kesetimbangan untuk asam lemah (Ka) dinyatakan sebagai :
Ka  =
NilaipHasamlemahdinyatakansebagai:
                                                            pH  =
M adalah nilai konsentrasi larutan yang akan ditentukan derajat keasamannya.
Basa lemah terurai dalam air dengan reaksi
                                             NH3  +  H2O  =  NH4+  +  OH-
Tetapankesetimbanganuntukasamlemah (Ka) dinyatakansebagai :
Kb  = 
Nilai pOH basa lemah dinyatakan sebagai :
                                                            pOH  =


LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

Bila suatu larutan mengandung asam dan basa lemah, larutan tersebut dapat menyerap penambahan sedikit asam / basa kuat. Penambahan asam kuat akan dinetralkan oleh basa lemah, sedangkan penambahan basa kuat akan dinetralkan oleh asam lemah. Larutan seperti ini disebut sebagai larutan penyangga atau larutan buffer. Pada umumnya, larutan penyangga merupakan pasangan asam – basa konjugasi yang dibuat dari asam / basa lemah dan garamnya.  Untuk larutan penyangga, nilai pH dan pOH dinyatakan sebagai
                                             pH  =  pKa  +  log
                                             pOH  =pKb  +  log
Larutan penyangga mempunyai peran yang besar dalam kehidupan. Salah satu contoh larutan penyangga adalah H2CO3 / HCO3- dalam darah, yang bertugas menjaga agar pH darah tetap netral.

 Hidrolisa
Bila garam bereaksi dengan air, maka akan terurai dan melepaskan asam atau basa bebas.
                                             BA  +  H2O  =  BOH  +  HA
Proses ini disebut sebagai hidrolisa. Salah satu produk reaksi ini (HA atau BOH) akan terurai kembali bila asam atau basa tersebut merupakan elektrolit kuat. Tetapan kesetimbangan reaksi hidrolisa (Kh) dinyatakan sebagai
                              Kh  =    ( bila garam terbentuk dari basa kuat dan asam lemah )
atau                      Kh  =    ( bila garam terbentuk dari asam kuat dan basa lemah )
Perbandingan antara bagian yang terhidrolisa dengan kadar garam semula disebut derajat hidrolisa.



2.TRANSPORTASI OKSIGEN DAN KARBONDIOKSIDA
v  Transport oksigen dalam darah

Oksigen dapat ditranspor dari pulmo ke jaringan melalui dua jalan :
(a) secara fisik larut dalam plasma.
(b) secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin (HbO2), ikatan kimia oksigen dan hemoglobin ini bersifat reversibel.

Fisiologi Transport Oksigen
Setelahmengalami proses ventilasi, perfusi dan difusi oksigen akan ditransportasikan dari sirkulasi pulmoner ke seluruh jaringan tubuh secara fisik terlarut dalam plasma dan secara kimia terikat dengan hemoglobin.2-4
  1. Secara fisika
Pada suhu 37o C 1 ml plasma mengandung 0,00003 ml oksigen tiap tekanan parsial oksigen 1 torr (1 mmHg). Jadi jika tekanan parsial oksigen arteri dianggap 100 mmHg maka oksigen yang terlarut dalam 1 ml plasma ialah 0,003 ml atau 0,3 ml tiap 100 ml plasma .6,7
  1. Secara kimia
Hemoglobin merupakan suatu protein dengan berat molekul kira-kira sebesar 64.500, terdiri atas 4 rantai polipeptida yaitu 2 rantai a dan 2 rantai b yang masing-masing terikat pada molekul hem. Hem sendiri merupakan suatu kompleks yang dibentuk oleh cincin porfirin dan atom fero (Fe2+).5,7 Unit globin dari oksihemoglobin memiliki bentuk konformasi T (tense) yang mempunyai afiniti rendah terhadap oksigen dan konformasi R (relaxed) yang mempunyai afiniti tinggi. Apabila berikatan dengan oksigen maka terjadi pemecahan ikatan elektrostatik yang menyebabkan bentuk T berubah menjadi bentuk R yang mengakibatkan tempat pengikatan oksigen pada hemoglobin yang lain lebih terpajan dan lebih besar.

v Transport karbondioksida  dalam Darah
Transport CO2 dari jaringan kepulmo melalui tiga cara berikut:
(a) Secara fisik larut dalam plasma (10 %).
(b) Berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam sel darah merah (20%).
(c) Ditransport sebagai bikarbonat plasma (70%).
Reaksi ini reversibel dan dikenal dengan nama persamaan dapa asam bikarbonat-asam karbonik. Hiperventilasi adalah ventilasi alveolus dalam keadaan kebutuhan metabolisme berlebihan alkalosis sebagai akibat eksresi CO2 berlebihan ke pulmo. Hipoventilasi adalah ventilasi alveoli yang tak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme, sebagai akibat dari retensi CO2 oleh pulmo

Mekanisme Pertukaran Karbon Dioksida Dan Oksigen

Pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida terjadi melalui proses difusi. Proses tersebut terjadi di alveolus dan di sel jaringan tubuh.Proses difusi berlangsung sederhana, yaitu hanya dengan gerakan molekul-molekul secara bebas melalui membran sel dari konsentrasi tinggiatau tekanan tinggi ke konsentrasi rendah atau tekanan rendah.Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida.Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung sampai alveolus. Di alveolus oksigen mengalami difusi ke kapiler arteripori-pori. Masuknya oksigen dari luar (lingkungan) menyebabkan tekanan parsial oksigen (P02) di alveolus Iebih tinggi dibandingkandengan P02 di kapiler arteri paru-paru. Karena proses difusi selalu terjadi dari daerah yang bertekanan parsial tinggi ke daerah yangbertekanan parsial rendah, oksigen akan bergerak dari alveolus menuju kapiler arteri paru-paru.Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang mengandung hemoglobin sampai menjadi jenuh. Makin tinggi tekanan parsial oksigen dialveolus, semakin banyak oksigen yang terikat oleh hemoglobin dalam darah. Hemoglobin terdiri dari empat sub unit, setiap sub unit terdiridari bagian yang disebut heme. Di setiap pusat heme terdapat unsur besi yang dapat berikatan dengan oksigen, sehingga setiap molekulhemoglobin dapat membawa empat molekul oksigen berbentuk oksihemoglobin. Reaksi antara hemoglobin dan oksigen berlangsung secarareversibel (bolak-balik) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, pH, konsentrasi oksigen dan karbon dioksida, serta tekananparsial.Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke jaringan tubuh yang kemudian akan berdifusi masuk ke sel-sel tubuh untuk digunakan dalamproses respirasi. Proses difusi ini terjadi karena tekanan parsial oksigen pada kapiler tidak sama dengan tekanan parsial oksigen di sel-seltubuh.Di dalam sel-sel tubuh atau jaringan tubuh, oksigen digunakan untuk proses respirasi di dalam mitokondria sel. Semakin banyak oksigenyang digunakan oleh sel-sel tubuh, semakin banyak karbon dioksida yang terbentuk dari proses respirasi. Hal tersebut menyebabkan tekananparsial karbon dioksida atau (PCO2) dalam sel-sel tubuh lebih tinggi dibandingkan PCO2 dalam kapiler vena sel-sel tubuh. Oleh karenanyakarbon dioksida dapat berdifusi dari sel-sel tubuh ke dalam kapiler vena sel-sel tubuh yang kemudian akan dibawa oleh eritrosit menuju keparu-paru. Di paru-paru terjadi difusi CO2 dari kapiler vena menuju alveolus. Proses tersebut terjadi karena tekanan parsial CO2 padakapiler vena lebih tinggi daripada tekanan parsial CO2 dalam alveolus.Karbon dioksida dalam eritrosit akan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Akibat terbentuknya asam karbonat, pH darah menjadiasam, yaitu sekitar 4,5. Darah yang bersifat asam dapat melepaskan banyak oksigen ke dalam sel-sel tubuh atau jaringan tubuh yangmemerlukannya

. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan internal :
a. Pernafasan Eksternal
Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.

b. Pernafasan Internal
Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler.
Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme sel.





3.KURVA DISOSIASI OKSIHEMOGLOBIN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Defenisi
KDO ialah suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara saturasi oksigen atau kejenuhan hemoglobin terhadap oksigen dengan tekanan parsial oksigen pada ekuilibrium yaitu pada keadaan suhu 370 C, pH 7,40 dan Pco2 40 mmHg. Sedangkan saturasi oksigen adalah perbandingan hemoglobin yang terikat oksigen dengan kapasiti oksigen yang dapat dinyatakan dengan.5,6
Faktor yang mempengaruhi KDO
 a. SUHU
KDO normal ditentukan secara fisiologis pada suhu 370C jika terjadi peningkatan suhu akan menyebabkan tekanan parsial oksigen meningkat seperti tampak pada tabel 2,sehingga afiniti oksigen terhadap hemoglobin akan menurun akibatnya semakin mudah penglepasan oksigen.9 Pada keadaan ini KDO akan bergeser ke kanan atau sebaliknya jika terjadi penurunan suhu KDO akan bergeser ke kiri.2-6,8
 Hubungan nilai suhu dengan pH, Pco2Pada aktiviti terjadi peningkatan suhu tubuh dan kebutuhan oksigen di jaringan.
b. pH
Peningkatan ion hidrogen (H+) atau karbondioksida akan menurunkan afiniti oksigen terhadap hemoglobin. Ini dikenal dengan efek Bohr. Dan sebaliknya oksigenisasi dari hemoglobin akan menurunkan afiniti karbondioksida ini yang dikenal dengan efek Haldane. Kedua efek tersebut muncul karena interaksi antara oksigen, ion hidrogen dan karbondioksida dengan hemoglobin. Pada jaringan kapiler karbondioksida akan berdifusi sebagai gas terlarut dan berikatan dengan rantai hemoglobin membentuk karbominohemoglobin atau berikatan dengan air (H2O) membentuk garam (bikarbonat) dengan bantuan enzim karbonik anhidrase. Ion hidrogen yang dihasilkan oleh kedua reaksi di atas akan menstabilkan bentuk konformasi T pada hemoglobin yang mengakibatkan oksigen dilepas ke jaringan.
c.       Difosfoglisera

Metabolisme sel darah merah tergantung oleh glikolisis dan 2,3 DPG. 2,3 DPG dibentuk melalui jalan pintas tanpa menghasilkan ATP dengan bantuan enzim DPG sintesis. Pada keadaan normal 1,3 DPG akan diubah menjadi 3 fosfogliserat dengan bantuan enzim fosfogliserat kinase dengan menghasilkan ATP dan selanjutnya akan menjadi fosfoenolpiruvat, piruvat, dan laktat.5,9 seperti tampak pada gambar 6. Kadar 2,3 DPG sangat rendah namun dapat berikatan dengan hemoglobin pada rantai b . Ikatan ini akan menstabilkan konformasi T sehingga akan terjadi penurunan afiniti oksigen terhadap hemoglobin.


d. Karbonmonoksida
Karbonmonoksida dapat berikatan dengan hemoglobin menjadi karbosihemoglobin (HbCO). Dalam keadaan normal karbonmonoksida dihasilkan pada proses penghancuran sel darah merah namun jumlahnya kecil dan kurang dari 1% yang berikatan dengan hemoglobin.14 Jumlah karbonmonoksida akan meningkat pada perokok sekitar 5%.14,15 Ikatan karbonmonoksida dengan hemoglobin lebih kuat 200-250 kali dibandingkan ikatan oksigen dengan hemoglobin.Pada keadaan kadar karboksihemoglobin lebih dari 30% akan terjadi asidosis metabolik dengan hiperlaktamia yang akan meningkatkan risiko kematian.
     b.PO2 atautekanan parsial O2

Apabila PO2 darah meningkat , misalnya seperti di kapiler paru, Hb berikatan dg sejml besar O2 mendekati 100% jenuh, PO2 60-100 mmHg : Hb >/90% jenuh (afinitas Hb terhadap O2 bertambah) dan kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergerak ke kiri.
Dan apabila PO2 menurun, misal di kapiler sistemik PO2 antara 40 & 20 mmHg (75-35% jenuh) : sejml besar O2 dilepas dr Hb setiap penurunan PO2 , afinitas Hb terhadap O2 berkurang dan kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kanan.

c. PCO2 atau tekanan parsial CO2
PCO2 darah meningkat di kapiler sistemik sehingga CO2 berdifusi dari sel ke darah mengikuti penurunan gradiennya menyebabkan penurunan afinitas Hb terhadap O2 (Hb lebih banyak membebaskan O2) kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kanan.
PCO2 darah menurun di kapiler paru sehingga CO2 berdifusi dari darah ke alveoli menyebabkan peningkatan afinitas Hb terhadap O2 ( Hb lebih banyak mengikat O2) kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kiri.
e.BPG
Peningkatan BPG yang dihasikan dari suatu metabolit glikolisis dan terdapat dalam darah sehingga Hb berikatan dg BPG dapat mengurangi afinitas Hb thd O2 dan kurva bergeser ke kanan. Hormon tiroksin, GH, epinefrin, norepi & testosteron dapat meningkatkan pembentukan BPG dan kadar BPG meningkat pada orang yg tinggal di dataran tinggi.
Penurunan BPG di darah menyebabkan ikatan Hb terhadap O2 semakin kuat karena Hb tidak diikat oleh BPG afinitas Hb terhadap O2 bertambah







Tidak ada komentar:

Posting Komentar