Rabu, 16 Mei 2012

makalah penelitian


TUGAS AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI SEMESTER II
KASUS DIARE PADA BALITA DENGAN SIKAP IBU
 DI PUSKESMAS SIANTAN HULU PONTIANAK
Instruktur : Anis Khotimah,SKm
LOGO STIKES NEW





                                                            Disusun Oleh ;
                                    NAMA                        : AMONA RATNA AYU MAYA SARI
                                    NIM                            : 04.11.2979
                                    KELAS                       : E / KP /II
                                    KELOMPOK : 1E

KONSENTRASI INSTRUMEN DAN OPERATOR BEDAH
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2011


KATA PENGANTAR

Assallamuallaikum wr.wb     
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta karuniaNya yang diberikan sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir dari praktikum mirobiologi di semester II ini.
            Tidak lupa kepada Ibu Anis Khotimah SKm selaku instruktur praktikum atas bimbingannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tidak ada halangan apapun.
            Makalalah ini berisikan tentang kasus bakteri e.coli yang meyerang manusia sehingga menyebabkan penyakit diare, di makalah ini akan di bahas bagaimana diare bisa menjangkit manusia dengan bakteri e.coli yang sebenarnya e.coli sangat bermanfaat pada tubuh kita. Serta menjabarkan tentang kesehatan secara umum dan konsep sehat sakit.
            Saya menyadari bahwa  makalah ini jauh dari sempurna maka kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan untuk perbaikan makalah yang selanjutnya. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam pembuatan makalah saya ini.
Wassallamuallaikum wr,wb
                                                                                                Yogyakarta, Mei 2012

                                                                                                            Penyusun






DAFTAR ISI

Cover  ………………………………………………………………………………………..
Kata Pengantar           ……………………………………………………………………….
Daftar Isi         ……………………………………………………………………………….
            BAB 1PENDAHLUA
1.1 Latar Belakang     ……………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah            ………………………………………………………………
1.3 Tujuan       ………………………………………………………………………………
            BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kesehatan Secara Umum ………………………………………………………
2.2 Konsep Sehat Sakit          ……………………………………………………………….
2.3 Diare         ……………………………………………………………………………….
            BAB III PEMBAHASAN
3.1
            BAB IV  PENUTUP
4.1 Kesimpulan          ………………………………………………………………………..
4.2 Saran         ……………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka            ……………………………………………………………………….
Lampiran        …………………………………………………………………………….....


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab utama angka kesakitan dan angka kematian pada
balita. Telah dilakukan usaha terus-menerus untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas diare, namun
masih ada dugaan bahwa belum seluruh masyarakat terutama ibu dan petugas kesehatan melakukan
tatalaksana diare secara besar.
Angka kesakitan diare di Indonesia dewasa ini diperkirakan antara 120-300 kejadian per 1000 penduduk per
tahun, 60-80% di antaranya terdapat pada balita. Dari sejumlah ini diperkirakan sebanyak 1% akan
menderita diare dehidrasi berat dengan angka kematian sekitar 175.000 per tahun, di antaranya terdapat
135.000 bayi dan anak balita (Ditjen PPM & PLP Depkes, 1990). Di negara sedang berkembang, 45 %
populasi adalah anak berumur kurang dari 15 tahun, dengan jumlah balita sebanyak 20% (BPS, 1979). Di
Indonesia, pada tahun 1987 terdapat 39,4 % anak berumur kurang dari. 15 tahun, dari sejumlah ini terdapat
balita sebanyak 12,6 % (Grant, 1989).
Selain itu diare jugs merupakan penyebab utama gizi kurang, yang akhirnya dapat menimbulkan kematian
karena penyebab lain, misalnya infeksi saluran nafas. Sebagian besar angka kematian diare ini diduga
karena kurangnya pengetahuan masyarakat terutama ibu, mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan
diare dehidrasi (Munir, 1982).
Tinggi rendahnya angka kejadian diare ini dalam masyarakat ditentukan antara lain oleh : 1). Faktor
lingkungan dan 2).Faktor perilaku masyarakat. Kedua faktor ini memegang peranan yang penting dalam
mencegah dan menanggulangi diare, sehingga untuk dapat menunjang program pembangunan nasional di
bidang kesehatan yang bertujuan mencapai " Sehat untuk semua pada tahun 2000 ". harus mendapat
perhatian yang besar ( Sunoto, 1986).
 Semboyan atau motto yang berbunyi " Pengobatan diare mulai di rumah dan penderita diare sebenarnya
tidak perlu meninggal " telah dicanangkan sejak 15 tahun yang lalu. Sejak itu telah dipromosikan Oralit dan
URO (Upaya Rehidrasi Oral), namun usaha tersebut belum mencapai sasaran pada seluruh lapisan
masyarakat dan bahkan para petugas kesehatan pun masih banyak yang belum menggunakannya (Ismail,
1990).        Hingga kini, masih saja ada masyarakat yang beranggapan bahwa  (1). Diare merupakan gejala anak mau bertambah pintar, ngenteng-ngentengi "indah", dan sebagainya ;(2). Perlu menghentikan makanan dan
minuman sehari-hari. tarmasuk ASI, selama diare; 3). Perlu memberikan obat. baik obat tradisional (jamu).
daun jambu, popok daun-daunan. kerikan, maupun obat modern, baik yang harus dibeli dengan resep dokter,
maupun yang dapat dibeli bebas di apotik atau di toko obat . Keadaan di atas kiranya sangat berkaitan
dengan perilaku masyarakat terhadap penyakit diare dan perilaku masyarakat ini dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikan. lingkungan, keadaan social ekonomi, peranan tenaga penyuluh kesehatan, dan
sebagainya (Ismail. dkk., 1986)
.
Dalam upaya mencapai "Sehat Untuk Semua" masih dirasakan kurangnya sumber daya yaitu tenaga, dana
dan sarana-prasarana.
Untuk ini perlu peran serta masyarakat, khususnya ibu, yang mempunyai perilaku yang menunjang, yang
selanjutnya juga berperan sebagai 'dokter' terdekat bagi keluarga. terutama bagi anaknya. Khusus pada diare.
peran ibu ini sangat penting dalam usaha pencegahan dan penanganannya.
Peran ibu ini menjadi sangat penting karena di dalam merawat anaknya, ibu seringkali berperan sebagai
pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan anak, yaitu dalam hal memberi makan, memberi
perawatan kesehatan dan penyakit, memberi stimulasi mental (Titi Sularyo dkk., 1984). Dengan demikian
bila ibu barperilaku baik mengenai diare, ibu sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan,
diharapkan dapat memberikan pencegahan dan pertolongan pertama pada diare dengan baik.

1.2  Rumusan Masalah
1.     Bagaiamana peran ibu dalam mengatasi kasus diare pada balita ?
2.     Apakah sudah benar penatalaksanaan Ibu kepada balita yang terkena diare ?
3.     Bagaimana pencegahan dan pengobatan dari diare itu sendiri,terutama bagi balita ?

1.3  Tujuan
1.     Sebagai tugas akhir praktikum mikrobiologi
2.     Mengetahui tindakan Ibu kepada balita,apabila terkena diare ?
3.     Mengetahui Pengobatan diare pada balita






BAB II
DASAR TEORI
2.1 Kesehatan Secara Umum
            Secara umum, seseorang dapat dikatakan sehat-normal apabila ia menunjukan beberapa ciri prilaku pada beberapa aspekatau bidang penyesuaian diri yang antara lain:
  1. Sikap terhadap diri sendiri    
    Prillaku yang ditunjukan biasanya:
    • Memiliki penilaian yang realistik terhadap kelebihan ataupun kekurangan yang ada pada dirinya
    • Menunjukan penerimaan diri
    • Memiliki jati diri yang positif

Con:
Walaupun A memiliki wajah yang dapat dikatakan tidak cantik, namun ia tidak pernah menginginkan merupah bentuk wajahnya seperti orang lain dengan oprasi plastik.           
           
  1. Persepsi terhadap realitas     
    Prillaku yang ditunjukan biasanya:
    • Memiliki pandangan yang realitas terhadap diri maupun dunia di luar dirinya


2.2  Konsep Sehat Sakit
        SEHAT: keadaan yang dinamis dalam rentang sehat – sakit.
        Sejahtera fisik, mental, sosial tidak hanya terbebas dai penyakit atau kelemahan (WHO)
Keadaan sejahtera badan, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU no 23 tahun 1992
        RENTANG SEHAT SAKIT (NEUMAN, 1990)
        SEHAT: derajat kesehatan yang ada pada suatu waktu dalam rentang kesehatan optimal dengan penyediaan energi maksimal à yang menggambarkan pengurangan energi secara total
        SAKIT: proses dimana fungsi individu hilang/ terganggu pada salah satu dimensi dibanding sebelumnya
AGEN-HOST-ENVIRONMENT MODEL (Leavell, 1965)
        Agen: segala sesuatu yang mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang yang menyebabkan penyakit
        Host: individu yang terpapar pada agen yang bisa sakit
        Environment: lingkungan yang mempengaruhi agen dan host
        Kesehatan tergantung pada hubungan agen, host dan lingkungan yang dinamis
        Hal-hal yang mempengaruhi keyakinan dan praktek sehat
        Variabel internal
        Tingkat perkembangan
        Tingkat pendidikan
        Persepsi fungsi personal
        Faktor emosi dan spiritual
        Variabel eksternal
        Keluarga
        Sosial ekonomi
        budaya
Tahapan Sakit
  1. SYMPTOM EXPERIENCE
        Something is wrong
        Pengobatan tradisional/sendiri
        Denial
        Terlambat berobat
        menerima
  1. ASSUMPTION OF THE SICK ROLE
        Melepaskan peran normal
        Validasi
  1. MEDICAL CARE CONTACT
        Mencari pengobatan
        Negosiasi pengobatan
  1. DEPENDENT PATIEN ROLE
        Menerima treatment
        menolak
  1. RECOVERY AND REHABILITATION       
        Melepaskan peran sakit
        Kembali ke peran normal
         
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SESEORANG
Usia Jenis kelamin Pekerjaan Sosioekonomi Agama Kebudayaan Keseimbangan psikologis Kepribadian Pendidikan Koping yang dimiliki (cara penyelesaian masalah

2.3 Diare
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. (Aziz, 2006).
b. Diare dapat juga didefenisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau lebih perhari. (Ramaiah, 2002).
c. Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. (Ngastiyah, 2003).
3. Tanda dan Gejala (gambaran klinis)
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karenna sering defeksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorsi oleh usus selama diare. (Ngastiyah, 2003)

E. Gejala-Gejala Dehidrasi 
1. Dehidrasi ringan 
• Meningkatnya rasa haus 
• Kegelisahan atau rewel
• Menurunnya elastisitas kulit
• Mulut dan lidah yang kering
• Mata yang kering karena tidak adanya air mata 
• Mata yang cekung 
2. Dehidrasi berat 
• Tangan dan kaki yang dingin dan lembab 
• Anak yang terlihat lemah, tidak sadar, atau lemas
• Ketidakmampuan untuk minum 
• Hilagnnya elastisitas kulit secara sepenuhnya
• Tidak ada air mata 
• Lapisan lendir yang sangat kering pada mulut
• Pengurangan volume air seni yang parah atau tidak adanya air seni (Ramaiah,2002) 

4. Faktro Penyebab Diare 
1. Faktor infeksi 
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut :
- Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella, Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis)
- Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides)
b. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya


2. Faktor Malabsorsi 
Malabsorsi karbohidrat disakarida
3. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan 
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar) (Ngastiyah 2003).

5. Faktor-Faktor yang Meningkatkan Resiko Diare
 
1. Faktor lingkungan 
• Pasokan air tidak memadai 
• Air terkontaminasi tinja 
• Fasilitas kebersihan kurang 
• Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah buang air 
• Kebersihan rumah buruk. Misalnya tidak membuang tinja anaak di WC
 
• Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienes . Misalnya makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak menutup makanan yang telah dimasak.
2. Praktik penyapihan yang buruk
 
• Pemberian susu eksklusif dihentikan sebelum bayi berusia 4-6 bulan dan melalui pemberian susu melalui botol
• Berhenti menyusui sebelum anak berusia setahun
 
3. Faktor individu 
• Kurang gizi 
• Buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh. Misalnya, diare lebih lajim terjadi
pada anak-anak, baik yang mengidap campak atau yang mengalami campak.
4. Produksi asam lambung berkurang 
5. Gerakan pada usus berkurang yang memengaruhi aliran makanan yang normal (Savitri 2002).


















BAB III
PEMBAHASAN
http://lombokbaratkab.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Diare2.jpgTabel : jumlah kasus penderita diare di puskesman siantas hulu pontiaanak





Cara Mengatasi diare pada balita
1.Beri minum dan makan. ASI, kuah sup, jus buah segar, air kelapa dan air putih bersih dari sumber yang aman, dapat menggantikan cairan yang sudah terbuang saat anak BAB. Jika masih menyusu, susui dia lebih sering dari biasanya. Jika anak muntah, sebaiknya tunggu hingga 10 menit, kemudian mulai lagi memberinya minum secara perlahan dan sedikit demi sedikit. Makanan tetap perlu diberikan pada anak yang sedang diare. Meskipun ia menolak, usahakan agar anak mau makan sedikit namun sering. Fungsinya, memberi energi yang surut ketika anak diare serta membantu anak tidak kehilangan berat badan berlebihan. Makanan yang dianjurkan adalah yang lunak, seperti bubur nasi, bubur kacang hijau, ikan atau daging yang dimasak hingga lembut.   

2.Larutan oralit. Oralit merupakan kombinasi antara garam dengan air putih. Fungsinya membantu tubuh menggantikan cairan yang hilang akibat diare. Anak di bawah 2 tahun membutuhkan seperempat hingga setengah mangkuk oralit, usai ia BAB cair. Gunakan ukuran mangkuk 125 ml. Sedangkan untuk anak di atas dua tahun berikan setengah hingga satu mangkuk oralit. Atau berikan larutan gula dan garam. Buat dengan cara melarutkan air putih dengan enam sendok teh gula yang dicampur dengan setengah sendok teh garam.

3.Jika disertai muntah, beri makanan lunak dan tidak berbumbu tajam, misalnya bubur. Kemudian secara bertahap beri makanan yang lebih padat, seperti biskuit, roti dan nasi untuk memulihkan tenaganya.          

4.Hindari sayuran karena seratnya sulit dicerna dalam keadaan diare.       

5.Beri buah-buahan seperti pisang atau apel yang mengandung kalium dan pectin untuk memadatkan tinja dan menyerap racun.       

6.Jika demam, kompres dengan air hangat. Namun jika belum teratasi dan disertai muntah atau pendarahan, segera baw ake dokter terdekat, karena ada kemungkinan diare menjadi gejala penyakit lain seperti pneumonia dan ganguan selaput otak. 


Segera ke Rumah Sakit, bila:

Diare berlangsung lebih dari 2 hari  
Beberapa kali mengeluarkan tinja cair dalam 1 jam.           
Tinja yang keluar berwarna kemerahan, artinya bercampur darah. 
Sering muntah-muntah.         
Tubuh anak demam hingga lebih dari 39 derajat Celcius.   
Anak haus tapi menolak ketika diminta minum cairan atau air.     
Kedua mata cekung ke arah dalam.  
Tubuh sangat lemas, bahkan sampai tidak memiliki tenaga.           
Sering mengantuk atau tidak merespons Anda.
Pencegahan Diare      
• Beri ASI eksklusif sampai empat atau enam bulan dan teruskan menyusui sampai setidaknya setahun.   
• Hindari pemberian susu botol.Setelah usia 4-6 bulan, berikan makanan yang bergizi, bersih dan aman untuk mulai menyapih.    
• Gunakan makanan matang yang baru dimasak untuk memberi makan anak-anak.
• Bersihkan wadah yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan air minum setiap hari.
• Jika anda tidak yakin tentang kualitas air minum, rebuslah selama 10 menit dan tutuplah serta simpanlah dalam wadah yang sama. 
• Hindari kontak antara tangan dan air minum ketika menyajikannya        
• Cucilah tangan dengan sabun dibawah air yang mengalir sebelum memberi makan anak,   memasak, setelah pergi ke WC atau membersihkan anak.  
• Buanglah tinja yang dikeluarkan anak dalam WC segera mungkin.         
• Segeralah cuci baju yang terkena tinja anak dengan air hangat    
• Berikan imunisasi campak kepada akan pada usia sembilan bulan karena resiko diare parah                  dan malnutrisi yang mengikutinya lebih tinggi. Setelah infeksi campak.         
• Pastikan bahwa daerah dimana anak bermain atau merangkak tetap bersih. Cucilah mainan yang anak mainkan secara teratur.               
7. Cara Pemberian Cairan dalam Terapi Dehidrasi  
a. Belum ada dehidrasi          
Peroal sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi.
b. Dehidrasi ringan    
1 jam pertama : 25-50 ml / kg BB peroral (intragastrik), selanjutnya : 125 ml / Kg BB / hari ad libitum. 
c. Dehidrasi berat      
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg. 
1 jam pertama :         
40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes / kg BB / menit (Set infus 1 ml = 20 tetes).    
7 Jam berikutnya : 
12 ml / kg BB / Jam = 3 tetes / kg / BB / menit (Set infus berukuran 1 ml = 15     
tetes) atau 4 tetes / kg / BB / menit (set infus 1 ml = 20 tetes).       
16 jam berikutnya : 
125 ml / kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan       dengan DG 11 intravena 2 tetes / kg / BB / menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes / Kg / BB / menit. (1 ml = 20 tetes) (Ngastiyah 2003).

8. Pengobatan untuk diare       
a. Obat anti sekresi    
Asetosal dosis 25 mg / tahun dengan dosis minimun 30 mg klorpromazin. Dosis 0,5 – 1 mg / kg      BB / hari        

b. Obat spasmolitik   
Umumnya obat spasmolitik seperti papverim, ekstrak beladora, opium loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi.    
c. Antibiotik  
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebab kolera,
diberikan tetrasiklin 25-50 mg / KG / BB / hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti : OMA, faringitis, bronkitis atau bronkopneumonia (Ngastiyah 2003).
Setelah di lakukan penelitian mengenai Tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Delitua tahun 2009 dengan menggunakan daftar kuesioner bagi orang tua yang mempunyai balita, dengan sampel sebanyak 20 orang dan hasil di sajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia ibu di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hulu Pontianak     

NO Umur (Tahun) Jumlah Persentase          
1 19 - 30 15 75 %      
2 31 – 50 5 25 %        
3 > 50 0 0 %  
Total 20 100 %          


Berdasarkan tabel diatas, mayoritas responden berusia 19 – 30 tahun ( 75 % ).





Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Tahun 2009.      

NO Pendidikan Jumlah Persentase   
1 SD 2 10 %   
2 SLTP 4 20 %          
3 SLTA 13 65 %        
4 DIPLOMA 0 0        
5 SARJANA 1 5 %    
Total 20 100 %          

Berdasarkan tabel diatas, mayoritas responden berpendidikan SLTA ( 65 % ).

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sianan Hulu Tahun 2009.
NO Pekerjaan Jumlah Persentase ( % )        
1 IRT 12 60 %
2 PNS 1 5 %  
3 Dan lain-lain 7 35 %          
Total 20 100 %          

Berdasarkan tabel diatas, mayoritas pekerjaan responden IRT( 60 % ).


Tabel 4. Distribusi frekuensiTingkat pengetahuan ibu tentang diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sinatan Hulu Tahun 2009.        
NO Tingkat pengetahuan F Presentase           
1 Sangat baik 1 5 %   
2 Baik 10 50 %          
3 Cukup baik 6 30 % 
4 Kurang baik 3 15 %
Total 20 100 %          

 Pembahasan  
Hasil penelitian Tingkat pengetahuan ibu tentang diare berdasarkan tabel di atas di dapatkan sebagian besar ibu yang punya tingkat pengetahuan yang sangat baik yaitu sebesar (5%), dan hanya setengah ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan Baik yaitu sebesar (50%), hanya sebagian ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup baik
yaitu sebesar (30%), sedangka ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang sebesar baik yaitu sebesar (15%). Pengetahuan yang kurang bisa mengakibabkan oleh berbagai faktor yang kompleks dan saling mempengaruhi.  

Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi pengetahuan ibu tentang diare adalah faktor lingkungan, makanan, infeksi dan fsikologis, dan pengalaman si ibu yang tidak mendukung (Ngastyah 2003). Menurut Sarwono (1997) Pengetahuan dapat di pengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, umur, ekonomi, sosial budaya dan politik.     
Pengetahuan bisa juga di pengaruhi oleh karakteristik yang meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, dan sosial ekonomi.     
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang diare pada balita dalam lingkungan antara lain kurangnya informasi dari tenaga
kesehatan kepada ibu, kurang jelasnya informasi yang di sampaikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu, kurangnya kemampuan dari ibu untuk memahami informasi yang di berikan (Notoadmojo, 2003).           

Pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya prilaku seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang di dasari pengetahuan akan lebih lenggang dari prilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003). Dengan meningkatnya pengetahuan ibu tentang stimulasi di harapkan akan terjadi perubahan perilaku ke arah yang mendukung kesehatan.




BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
            Dari makalah yang telah di buat maka daa di simpulkan bahwa :
Ibu sudah mengerti bagaimana piñata laksanaan diare pada balita dengan cara mengambil tindakaan secepat mungkin apabila balita mengalami gejala diare dengan cara membuat oralt,dan memberikan Asi. Pada kasus diare pada anak sikap,peran,dan pengetahuan ibu sangat di perluhkan. Sikap ibu apabila menemui gejala diare pasti langsung khawatir dan berusaha mencari solusi, peran ibu adalah sebagai dokter di rumah yang mengidentifikasi adanya gejala diare, Pengetahuan ibu juga sangat di butuhkan karena apabila pengetahuan ibu berkembang maka tindakan yang di ambil oleh ibu pasti akan benar dan akan memberikan kesembuhan pada diare balitanya. Pengetahuan harus di pelajari Ibu karena agar jika sewaktu-waktu balitanya terserag penyakit bisa langsung mengambil tindakan yang benar dan tepat.
4.2 Saran
            Untuk para ibu belajarlah agar memperoleh pengetahuan yang baik agar menjadi dokter di rumah sendiri. Pengetahuan banyak dapat di peroleh dengan semakin banyakanya tekhnologi sekarang bisa di share dan apabila si ibu ini mempunyai keterbatasan bisa juga datang ke dokter umum untuk berkonsultasi.









                        DAFTAR PUSTAKA
http://www.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/78914/privacy di akses pada tanggal 15 mei jam  06.08
















LAMPIRAN
Di Indonesia, 162.000 balita meninggal setiap tahun atau itu sekitar 460 balita setiap hari penyebab diare. Masalah kesehatan seperti diare dapat dicegah, jika praktek masyarakat perilaku sehat. Jumlah diare pada balita di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak memiliki peningkatan dari 2008 sampai 2009, ini tentang 153. Selain itu, kebersihan dan perilaku hidup sehat dari rumah tangga juga rendah (9,52%). 
        Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara kejadian diare pada balita dengan sikap ibu dan pengetahuan tentang kebersihan dan perilaku sehat.Penelitian ini merupakan analitik korelasional, dengan menggunakan rancangan cross sectional. 
Populasi dalam penelitian ini adalah baik ibu yang membawa anaknya di bawah lima chidren ke Puskesmas Siantan Hulu Pontianak dan sampel dari penelitian ini adalah ibu-ibu yang membawa anaknya di bawah lima anak ke Puskesmas Siantan Hulu Pontianak terhadap pengobatan, sampel total responden 136. Instrumen ini kuesioner dan untuk menganalisis hubungan antara variabel menggunakan Chi-square.
        Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kejadian diare pada balita adalah 40 anak-anak dan ada hubungan yang signifikan antara diare pada balita dengan sikap ibu dan pengetahuan tentang kebersihan dan perilaku hidup sehat dengan nilai p <0,005. 
        Kesimpulannya, ada hubungan antara diare pada balita dengan sikap ibu dan pengetahuan tentang kebersihan dan perilaku sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar