Sabtu, 25 Mei 2013

Makalah Micro Biologi

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara banyak tentang profesi dokter anak, pasien anak, sampai pendidikan spesialis anak tidak boleh melewatkan nama yang satu ini. dr. Badriul Hegar Syarif, SpA(K), demikian nama lengkap Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia ini. Hegar, panggilan ringkasnya, merupakan salah satu ahli gastroenterologi anak yang dikenal di Indonesia. Karier ayah tiga anak ini berawal dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan sampai sekarang ia masih mengabdi pada almamaternya. Kecintaannya pada profesi dokter anak mengantarnya menjadi pemimpin tertinggi di organisasi prafesi dokter anak tersebut.
Bekerja dengan pasien bukanlah hal yang asing bagi Hegar muda. Keterampilan klinis itu ia peroleh selama bertugas di daerah. Lulus pada 1983, ia tak langsung mengambil program dokter spesialis melainkan mengabdi dulu di Puskesmas Sungayang, Provinsi Sumatra Barat. Selesai masa tugas daerah, ia melanjutkan spesialis dokter anak di almamaternya dan me¬raih gelar spesialis anak pada 1992. Lulus dokter anak, ia langsung Inpres kedua di RSUD Samsuddin, Sukabumi, Jawa Barat, selama setahun. Dokter Hegar menyelesaikan PhD, pada tahun 2011 di Free University Brussels Belgium di bidang motility khususnya gastroesophageal reflux, dan sudah menjadi staf medik divisi gastroenterologi sejak tahun 1995 hingga saat ini.
Diare merupakan penyakit mayor bagi seorang ahli gastroenterologi anak, termasu¬k Hegar. Penyakit ini merupakan penyebab kematian yang sangat penting bagi seorang anak. Saat ini, situasi diare di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Hal ini disampaikan oleh Hegar dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Persatuan Dokter Umum Indonesia (PDUI), 26 Maret 2011 lalu, acara yang diselenggarakan oleh AED/C-Change proyek yang didanai USAID, dan kerjasama dengan panitia PDUI. Kematian pada anak yang disebabkan diare masih sangat tinggi, yaitu 42% pada bayi dan 25% pada balita berdasarkan data RISKESDAS 2007. Kematian di daerah-daerah terpencil lebih tinggi lagi karena kesigapan pelayanan keseha¬tan masih kurang. Kejadian diare pada anak masih tetap tinggi sampai saat ini, dikhawatirkan akan menurunkan usia harapan hidup dan kualitas hidup usia muda di Indonesia secara umum. Dan hal ini tentu akan mempengaruhi pencapaian Indonesia dalam MDG (Millenium Development Goal) terutama pada penurunan kematian anak.
Saat ini kebijakan pemerintah, Kemenkes, dan didukung oleh IDAI me¬nyebut¬kan bahwa adanya program LINTAS DIARE (lima langkah tuntaskan diare) telah diberlakukan di Indonesia semenjak 2008. Muatan program tersebut ada lima yaitu: pemberian oralit segera, obat zink diberikan 10 hari berturut-turut untuk semua kasus diare (pencegahan diare berulang), teruskan pemberian ASI dan makanan, antibiotik hanya boleh dipakai pada diare berdarah, serta nasihat/edukasi kepada pasien untuk beberapa hal penting terkait penyakit dan penatalaksanaannya.
Pemberian zink sebagai salah satu pilar merupakan hal yang sangat penting, namun belum diketahui oleh sebagian besar dokte¬r umum di Indonesia. Zink sendiri merupakan mineral penting yang akan terganggu penyerapannya pada saat diare. Kekurangan zink dalam tubuh akan mengganggu metabolisme di usus dan sistem ke¬¬kebalan tubuh. Selain itu, zink juga mam¬pu menghambat pertumbuhan kolonisasi bakteri di usus. Beberapa percobaan klinis yang penting sudah membuktikan manfaat zink dalam pengobatan diare pada anak.
Bagi Hegar yang juga seorang pembina di PDUI, penatalaksanaan terpadu diare anak menggunakan zink perlu diinformasikan kepada dokter-dokter umum di Indonesia. Dokter-dokter itu merupakan lini pertama (ujung tombak) pelayanan keseha¬tan di daerah terpencil. Di sisi lain, kasus diare sangatlah banyak di lapangan. Dengan demikian, sosialisasi tata laksana diare menggunakan lima pilar itu perlu se¬kali dilaksanakan. Dokter umum memiliki pe¬ran yang sangat besar dalam penangan¬an pasien di lapangan.
Saat ini, ada banyak obat zink yang diju¬al di pasar farmasi, sampai ke rumah sakit. Pemberian zink rutin dilakukan pada semua pasien diare anak agar dapat menurun¬kan morbiditas dan mortalitasnya. Hegar yang mengacu pada pilar-pilar Lintas Diare juga mendukung program-program sejenis demi keselamatan anak-anak di Indonesia. Zink diberikan secara oral (tablet dispersible) yang dilarutkan dalam air putih atau ASI selama 30 detik, atau dikunyah bila pasien mampu. Dosis berbeda ber¬dasarkan rentang usia. Satu tablet berisi 20 mg Zink dan tersedia pula dalam bentuk sirup atau sirup kering dalam kemasan sach¬et. Bersama dukungan pemerintah dan organisasi profesi seperti IDAI dan PDUII, sosialisasi penggunaan zink bersama dengan pemberian oralit pada semua kasus diare pada anak diyakini akan mening¬kat sehingga diharapkan dapat ikut menekan morbiditas dan mortalitas pada anak karena diare.

1.2 Rumusan Masalah
a. Mengapa kasus diare pada anak Indonesia masih banyak terjadi ?
b. Apa yang menyebabkan kasus diare masih banyak di indonesia ?
c. Bagaimana cara mengatasi
d. Kenapa anak anak yang rentan terkena diaredi bandingkan dewasa ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui masalah diare yang terjadi pada anak anak di Indonesia. Karena sekarang masih banyak kasus diare yang menyerang anak-anak.


















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kesehatan Secara Umum
Kata-kata Hidup Sehat memang mudah diucapkan tetapi agak sulit dilaksanakan. Semua orang mendambakan hidup yang teratur dan sehat, tetapi sangatlah sedikit dari mereka yang memahami apa arti hidup sehat itu sendiri. Lalu yang dikatakan hidup sehat itu sendiri bagaimana?
Menurut Undang-undang Pokok Kesehatan nomor 9 tahun 1960, dalam pasal 2 dikatakan bahwa yang dimaksud kesehatan adalah yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Ini mengandung pengertian bahwa orang yang sehat itu tidaklah cukup dikatakan dia bebas dari penyakit fisik. Tapi lebih dari itu. Apalah artinya badan sehat kalau hanya menyusahkan orang lain.
Sehat Secara Jasmani
Soedjatmo Soemowardojo menyatakan bahwa sehat menurut ilmu faal, adalah normalnya fungsi alat-alat tubuh. Untuk bisa hidup sehat secara jasmaniah tentunya kita perlu usaha. Dan dalam berusaha tentu perlu ilmu, kesabaran, waktu, dan kadang biaya. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah makan secara teratur dan berolahraga. Kelihatan ringan dan gampang, tetapi dalam kenyataannya tidak semua orang paham apa yang dimaksud makan secara teratur. Apakah hanya keakuratan waktu dan menu yang aduhai? Tentu saja tidak. Makan secara teratur itu tidak lain yaitu makan menurut anjuran kesehatan. Ini artinya kita makan secukupnya dan tentu saja bergizi, misalnya sepiring nasi, semangkok sayur, lauk sepatutnya, dan kalau ada segelas susu segar. Istilah populernya empat sehat lima sempurna.
Sebetulnya kebutuhan kita akan kalori tidaklah begitu banyak, kecuali kalau kita sedang bekerja berat atau berolahraga misalnya bermain sepak bola. Justru kalau kita makan berlebihan malah berbahaya. Bisa-bisa sakit jantung, liver, ginjal, atau tekanan darah tinggi. Bahkan Nabi Muhammad pernah memberi nasehat kepada kita: makanlah kalian bila merasa lapar, dan ketika makan jangan terlalu kenyang. Itu artinya kita dilatih untuk bersabar. Bukankah sifat sabar dalam mengkonsumsi makanan. Karena semua yang berlebihan itu tidak baik buat kesehatan. Selain makan teratur, kita masih dianjurkan berolahraga secara rutin. Dengan berolahraga akan mengurangi pembentukan lemak yang berlebihan dalam tubuh kita.
Sehat Secara Rohani
Adapun kesehatan rohani (kesehatan mental) menurut faham kedokteran pada waktu sekarang, ialah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain. Sehat yang satu ini memang agak sulit diamati secara fisik. Meski segar bugar, seseorang masih dikatakan tidak sehat jika suka berhalusinasi dan berbicara sendiri. Atau sering melamun karena galau dengan masa depannya, namun tidak melakukan usaha apa-apa. Secara psikologis, di dalam dirinya terjadi krisis mental. Jiwanya kering. Dia butuh siraman rohani untuk membangkitkan semangat hidupnya.
Sehat Secara Finansial
Kefakiran itu dekat dengan kekufuran. Seseorang yang mengalami krisis ekonomi dapat dengan mudah terjerumus pada hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama. Sering dijumpai di surat kabar, ada orang yang mencuri karena tidak mempunyai uang untuk membeli makanan. Fakir belum tentu berarti tidak punya uang. Karena ada pula orang yang ekonominya mapan, tetapi masih korupsi anggaran. Sehingga juga bisa dikatakan bahwa dia miskin. Tetapi bukan miskin harta, melainkan miskin jiwa. Jiwanya tidak pernah merasa puas dengan apa-apa yang sudah dimiliki. Uang satu juta rupiah bisa dikatakan banyak bagi seorang pengemis, tetapi masih terlalu sedikit bagi seorang konglomerat. Sehingga, sehat secara finansial hanya dimiliki oleh orang-orang yang merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang dia peroleh dari pekerjaannya.
Sehat Secara Sosial
Kesehatan sosial ialah perikehidupan di dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap warga Negara mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan sendiri serta kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya.
Apalah artinya badan sehat dan segala kebutuhan terpenuhi, tetapi tidak mempunyai teman untuk diajak bicara. Bukankah berbicara itu merupakan kebutuhan batin seseorang dalam mengungkapkan perasaan, baik suka maupun duka? Alangkah malangnya seseorang bila segalanya dikerjakan sendiri. Dalam hal-hal tertentu memang selayaknya sebuah pekerjaan dilakukan sendiri. Tetapi dalam hidup bermasyarakat kita tidak mungkin menghindar begitu saja. Sebab, pada hakekatnya kita di samping makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial. Jadi, agar dianggap sehat secara sosial kita harus pandai-pandai beradaptasi dengan lingkungan di mana kita berada.
Setelah membaca uraian di atas, mungkin kita perlu kembali ke bagian awal tulisan ini, di bagian judul. Ya, Anda memang hidup. Tapi, apakah Anda sehat? Pastikan poin berikut benar.
1. Anda merasa bugar, makan teratur, dan sering berolah raga.
2. Anda beriman dan bertakwa sesuai ajaran agama Anda.
3. Anda memiliki cukup keuangan untuk hidup sehari-hari.
4. Anda terbiasa bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar Anda.
Nah, adakah poin yang belum sesuai dengan kondisi Anda sekarang? Jika ada, maka bersegeralah untuk mengobatinya. Paling tidak segera berupaya untuk menutupi kekurangan yang ada.
1. Jika tubuh Anda kurang bugar, segeralah berolah raga. Olah raga memang membuat badan capek. Tetapi bukan itu tujuannya. Olah raga bertujuan membentuk daya tahan tubuh yang lebih tinggi. Letih dan lelah hanya akan terasa di awalnya saja. Tetapi dengan semakin sering berolah raga, tubuh akan semakin kuat dalam menghadapi kelelahan yang sama.
2. Jika rohani Anda kering, segeralah mendekat kepada Yang Mahakuasa. Perbanyak ibadah dan doa agar iman Anda semakin kuat, dan jiwa Anda pun semakin tahan dalam menghadapi segala bentuk cobaan hidup.
3. Jika keuangan Anda kurang memadai, maka tingkatkanlah semangat kerja Anda. Lakukanlah yang terbaik, bukannya justru menurun. Dengan bekerja sepenuh hati, maka apapun yang Anda lakukan akan bernilai tinggi di hadapan Anda Lalu terimalah hasilnya dengan sepenuh hati dan syukur. Ingat, jika kita bersyukur, maka nikmat itu akan ditambah.
4. Jika Anda masih merasa asing di tengah-tengah masyarakat Anda, segeralah berkenalan dengan mereka. Tidak ada kata terlambat untuk berkenalan, selama belum dijemput oleh kematian. Tidak perlu merasa takut dan ragu, karena kadang-kadang rasa takut itu datang dari diri sendiri.
Poin pertama hingga ketiga mungkin dapat Anda tangani dan lakukan sendiri. Tetapi bagaimana dengan poin keempat? Langkah-langkah apa yang akan Anda lakukan? Kami yakin bahwa Anda punya banyak teman. Baik teman sekolah, kuliah, kerja, bermain, dsb. Tetapi, apakah mereka semua tinggal di sekitar Anda? Mana yang lebih Anda kenal, tetangga sebelah rumah Anda atau teman sebangku di sekolah dari luar kota?
Orang yang normal akan merasa nyaman ketika bersama dengan orang-orang yang latar belakangnya sama. Misalnya memiliki hobi yang sama, kepandaian yang sama, tingkat ekonomi yang sama, atau idealisme yang sama. Tetapi, apakah di tempat tinggal kita masing-masing terdapat orang-orang yang seperti itu? Tentu tidak kan? Masyarakat kita begitu heterogen. Bermacam-macam hal yang berbeda, mulai dari pekerjaan, hobi, tingkat kepandaian, kekayaan, dan ribuan perbedaan lainnya. Kecuali kalau Anda tinggal di perumahan khusus orang-orang pintar, kaya, dsb. Anda tidak perlu merisaukan hal ini.
Maka dari itu, kita membutuhkan ‘olah raga’ sosial. Kita harus terjun langsung ke masyarakat agar bisa saling mengenal. Mengamati saja tidak cukup. Boleh jadi kita hapal dengan nama-nama orang di sekitar kita, tetapi kita tidak pernah mengenal bagaimana orangnya. Kita juga harus saling berdialog agar mengerti pikiran masing-masing. Tak lupa pula, kita harus bekerja sama agar mengerti kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dalam sebuah kerja sama itu, kita akan tahu sejauh mana kemampuan kita dalam menghadapai berbagai persoalan yang kita temui dalam suatu kegiatan. Boleh jadi kita merasa pintar di bidang akademik, tapi suatu saat kita baru sadar betapa bodohnya kita saat berbicara tak karuan di depan umum. Atau mungkin kita merasa minder ketika bertemu dengan orang-orang terkenal, namun ternyata kita langsung akrab karena memiliki hobi yang sama.
Dalam sebuah kerja sama itu, kita juga akan tahu sekuat apa mental kita. Ketika bertemu dengan berbagai persoalan yang tak kunjung usai, apakah kita akan menyerah begitu saja atau berjuang habis-habisan. Dalam sebuah kerja sama itu, kita akan tahu sepandai apa kita dalam membagi waktu. Apakah kita dapat berinteraksi dan memberi manfaat bagi orang banyak, atau hanya menghabiskan waktu untuk bersantai-santai.
Dalam sebuah kerja sama itulah, kita menjalankan organisasi. Sebagai pemuda, terkadang kita masih dianggap sebelah mata oleh orang-orang dewasa (baca: pejabat). Baik pejabat tingkat RT, RW, Kelurahan, hingga Presiden. Dengan mengikuti organisasi, kita mempersiapkan diri kita untuk menggantikan mereka-mereka yang sudah tua itu – beberapa tahun lagi.
Selama satu, tiga, atau lima tahun, boleh jadi terlalu lama bagi kita untuk memikul beban kepengurusan suatu organisasi. Namun, bisa jadi terlalu singkat untuk membuat mental dan kedewasaan kita benar-benar matang. Ingat, kita adalah calon ayah atau ibu bagi anak kita nanti. Kita juga calon pasangan bagi suami atau istri kita nanti. Apakah kita bisa menjamin keberhasilan masa depan keluarga dan masyarakat sekitar kita, jika mengurus kesehatan diri sendiri saja tidak mampu?
Delapan kriteria jiwa (mental) yang sehat menurut WHO (World Health Organization):
1. Mampu belajar dari pengalaman
2. Mudah beradaptasi
3. Lebih senang memberi daripada menerima
4. Lebih senang menolong daripada ditolong
5. Mempunyai rasa kasih saying
6. Memperoleh kesenangan dari hasil usahanya
7. Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pengalaman
8. Berpikir positif (positive thinking)

2.2 Konsep Sehat Sakit
Pengertian
1. Sehat menurut WHO 1974
Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, social bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
2. UU N0. 23/1992 tentang kesehatan
kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
3. Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.
4. Kesehatan mental menurut UU No.3/1961 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
5. Kesehatan social adalah suatu kemampuan untuk hidup bersama dengan masyarakat dilingkungannya.
6. Kesehatan fisik adalah suatu keadaan dimana bentuk fisik dan fungsinya tidak ada ganguan sehingga memungkinkan perkembangan psikologis, dan social serta dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan optimal.
Sesuai dengan pengertian sehat di atas dapat di simpulkan bahwa kesehatan terdiri dari 3 dimensi yaitu fisik, psikis dan social yang dapat diartikan secara lebih positif, dengan kata lain bahwa seseorang diberi kesempatan untuk mengembangkan seluas-luasnya kemampuan yang dibawanya sejak lahir untuk mendapatkan atau mengartikan sehat.
Meskipun terdapat banyak pengertian/definisi, konsep sehat adalah tidak standart atau baku serta tidak dapat diterima secara mutlak dan umum. Apa yang dianggap normal oleh seseorang masih mungkin dinilai abnormal oleh orang lain, masing-masing orang/kelompok/masyarakat memiliki patokan tersendiri dalam mengartikan sehat. Banyak orang hidup sehat walau status ekonominya kekurangan, tinggal ditempat yang kumuh dan bising, mereka tidak mengeluh adanya gangguan walau setelah ditimbang berat badanya dibawah normal. Penjelasan ini menunjukan bahwa konsep sehat bersifat relatif yang bervariasi sangat luas antara sesama orang walau dalam satu ruang/wilayah.
Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spectrum merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Sehat sebagai suatu spectrum, Pepkins mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja secara aktif untuk mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu harus dipertahankan. Berikut adalah tahap-tahap spectrum kesehatan :
Positive Health
Better Health
Freedom from Sickness
Spektrum
Kesehatan
Unrecognized Sickness
Mild Sickness
Severe Sickness
Death
Konsep Sakit
A. Pengertian
1. Perkins mendefinisikan sakit sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivtas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani dan social
2. R. Susan mendefinisikan sakit adalah tidak adanya keserasian antara lingkungan dan individu.
3. Oxford English Dictionary mengartikan sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.
Keadaan sehat – Sakit
A. Kontinum Sehat – sakit
Status kesehatan seseorang terletak antara dua kutub yaitu “ sehat optimal dan “ kematian “, yang sifatnya dinamis. Bila kesehatan seseorang bergerak kekutub kematian maka seseorang berada pada area sakit (illness area) dan bila status kesehatan bergerak kearah sehat (optimal well being) maka seseorang dalam area sehat (wellness area).
Kematian Sehat
Illness area Wellness area
B. Mempertahankan status kesehatan
1. Sesuai dengan sifat sehat-sakit yang dinamis, maka keadaan seseorang dapat dibagi menjadi sehat optimal, sedikit sehat, sedikit sakit, sakit berat dan meninggal.
2. Bila seseorang dalam area sehat maka perlu diupayakan pencegahan primer (primary prevention) yang meliputi health promotion dan spesific protection guna mencegah terjadinya sakit.
3. Bila seseorang dalam area sakit perlu diupayakan pencegahan sekunder dan tersier yaitu early diagnosisand promt treatment, disability limitation dan rehabilitation.
C. Factor yang berpengaruh terhadap perunbahan sehat sakit
A. Blum, mengemukakan terdapat 6 faktor yang mempengaruhi status sehat-sakit, yaitu :
1. Faktor politik meliputi keamanan, tekanan, tindasan dll.
2. Faktor perilaku manusia meliputi kebutuhan manusia, kebiasaan manusia, adat istiadat.
3. Faktor keturunan meliputi genetic, kecacatan, etnis, fator resiko, ras dll.
4. Factor pelayanan kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
5. Faktor lingkungan meliputi udara, air, sungai dll.
6. Factor social ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan dll.
D. Tingkat Pencegahan
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit di kenal tiga tahap pencegahan:
Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection).
Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation)
Pencegahan tersier: rehabilitasi.
1. Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang dilakukan ialah:
a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.
2. Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
a. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
b. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
3. Pencegahan tersier
a. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.
Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat di lihat pada gambar dua. Pada gambar dua proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang sakit: yang ditandai dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit, bahan berbahaya), host/tubuh orang dan lingkungan dan b) fase orang mulai sakit: yang akhirnya sembuh atau mati.
Gambar dua: Tingkat pencegahan penyakit (sumber: Leavel and clark, 1958)
Promosi kesehatan dilakukan melalui intervensi pada host/tubuh orang misalnya makan makanan bergizi seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit misalnya menghilangkan tempat berkembang biaknya kuman penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat berkembang biaknya vektor penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes, atau terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan memberikan antibiotika untuk membunuh kuman.
Perlindungan khusus dilakukan melalui tindakan tertentu misalnya imunisasi atau proteksi pada bahan industri berbahaya dan bising . Melakukan kegiatan kumur-kumur dengan larutan flour untuk mencegah terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit misalnya mencuci tangan dengan larutan antiseptik sebelum operasi untuk mencegah infeksi, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.
Diagnosa dini dilakukan melalui proses skrining seperti misalnya skrining kanker payudara, kanker rahim, adanya penyakit-penyakit tertentu pada masa kehamilan, sehingga pengobatan dapat dilakukan saat dini dan akibat buruknya dapat dicegah.
Kadang-kadang batas dari ketiga tahap pencegahan itu tidak jelas sehingga ada kegiatan yang tumpang tindih dapat digolongkan pada perlindungan khusus akan tetapi juga dapat digolongkan pada diagnosa dini dan pengobatan segera misalnya pengobatan lesi prekanker pada rahim dapat termasuk pengobatan dini dapat juga perlindungan khusus.
Selain upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier yang dikalangan kesehatan dokter, perawat dan praktisi kesehatan masyarakat dikenal sebagai lima tingkat pencegahan, juga dikenal empat tahapan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat, empat tahapan itu (Rossenberg, Mercy and Annest, 1998) ialah:
Apa masalahnya (surveillance). Identifikasi masalah, apa masalahnya, kapan terjadinya, dimana, siapa penderitanya, bagaimana terjadinya, kapan hal itu terjadi apakah ada kaitannya dengan musim atau periode tertentu.
Mengapa hal itu terjadi (Identifikasi faktor resiko). Mengapa hal itu lebih mudah terjadi pada orang tertentu, faktor apa yang meningkatkan kejadian (faktor resiko) dan faktor apa yang menurunkan kejadian (faktor protektif).
Apa yang berhasil dilakukan (evaluasi intervensi). Atas dasar kedua langkah terdahulu, dapat di rancang upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah, menanggulangi dengan segera penderita dan melakukan upaya penyembuhan dan pendampingan untuk menolong korban dan menilai keberhasilan tindakan itu dalam mencegah dan menanggulangi masalah.
Bagaimana memperluas intervensi yang efektif itu (implementasi dalam skala besar). Setelah diketahui intervensi yang efektif, tindakan selanjutnya bagaimana melaksanakan intervensi itu di pelbagai tempat dan setting dan mengembangkan sumber daya untuk melaksanakannya.

2.3 Diare
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris = diarrhea) adalah sebuahpenyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya.
Kondisi ini dapat merupakan gejala dari luka, penyakit,alergi (fructose, lactose), kelebihan vitamin C, dan mengonsumsi Buah-buahan tertentu. Biasanya disertai sakit perut dan seringkali mual dan muntah. Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tapi tidak semua gejala diare, dan definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per hari.
Memakan makanan yang asam, pedas, atau bersantan sekaligus secara berlebihan dapat menyebabkan diare juga karena membuat usus kaget.
Hal ini terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh usus besar. Sebagai bagian dari prosesdigestasi, atau karena masukan cairan, makanan tercampur dengan sejumlah besar air. Oleh karena itu makanan yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar. Usus besar menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang setengah padat. Bila usus besar rusak / radang, penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang berair.

Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan.
Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti disentri, kolera atau botulisme, dan juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis sepertipenyakit Crohn. Meskipun penderita apendisitis umumnya tidak mengalami diare, diare menjadi gejala umum radang usus buntu.
Diare juga dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak cukup makan. jadi apabila mau mengkonsumsi alkohol lebih baik makan terlebih dahulu.

Gejala
Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang dapat timbul antara lain pegal pada punggung,dan perut sering berbunyi.
Perawatan
Perawatan untuk diare melibatkan pasien mengonsumsi sejumlah air yang mencukupi untuk menggantikan yang hilang, lebih baik bila dicampur denganelektrolit untuk menyediakan garam yang dibutuhkan dan sejumlah nutrisi. Oralit dan tablet zinc adalah pengobatan pilihan utama dan telah diperkirakan telah menyelamatkan 50 juta anak dalam 25 tahun terakhir.[1] Untuk banyak orang, perawatan lebih lanjut dan medikasi resmi tidak dibutuhkan.
Diare di bawah ini biasanya diperlukan pengawasan medis:
 Diare pada balita
 Diare menengah atau berat pada anak-anak
 Diare yang bercampur dengan darah.
 Diare yang terus terjadi lebih dari 2 minggu.
 Diare yang disertai dengan penyakit umum lainnya seperti sakit perut, demam, kehilangan berat badan, dan lain-lain.
 Diare pada orang yang bepergian (kemungkinan terjadi infeksi yang eksotis seperti parasit)
 Diare dalam institusi seperti rumah sakit, perawatan anak, institut kesehatan mental.










BAB III
PEMBAHASAN
Penyebab Diare
Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu:
1. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.
2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
4. Pemanis buatan
Berdasar metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus.
Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar.
Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare.
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.
Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, tidak tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung susu sapi.
Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi tersebut tidak akan mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim laktose. Disamping itu, ASI terjamin kebersihannya karena langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan dot.
Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus.
Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
• Muntah
• Badan lesu atau lemah
• Panas
• Tidak nafsu makan
• Darah dan lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang.




table ini menunjukan kasus diare yang ada di kabupaten painan.

Pencegahan Diare
Diare termasuk penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease). Meskipun demikian, jangan remehkan diare karena dapat mengancam jiwa. Dua pembunuh terbesar anak-anak balita (bawah lima tahun) adalah diare dan radang paru-paru.
Penyakit diare dapat ditularkan melalui:
Pemakaian botol susu yang tidak bersih
Menggunakan sumber air yang tercemar
Buang air besar disembarang tempat
Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll) atau oleh tangan yang kotor.
Faktor kebersihan ternyata ikut andil dalam menyebabkan anak diare. Mulai dari kebersihan alat makan anak sampai kebersihan setelah buang air kecil/buang air besar. Semua yang dapat mengenai tangan anak atau langsung masuk ke dalam mulut anak harus diawasi.
Ada cara yang mudah untuk mencegah terkena diare yaitu mencuci tangan dengan sabun. Kebiasaan sederhana mencuci tangan dengan sabun, jika diterapkan secara luas, akan menyelamatkan lebih dari satu juta orang di seluruh dunia, khususnya balita
Tak kalah penting adalah pemberian ASI minimal 6 bulan. Sebab, di dalam ASI terdapat antirotavirus yaitu imunoglobulin. Makanya, anak-anak yang minum ASI eksklusif jarang menderita diare. Selain ASI, imunisasi campak ternyata bisa mencegah diare,” tambah dr. Luszy Arijanty, Sp.A.
“Penyebab utama diare pada orang dewasa adalah bakteri yang mengkontaminasi makan dan minuman, sehingga mencegah diare pada orang dewasa adalah dengan memperhatikan kebersihan makanan dan minuman. Jadi pilihlah makanan yang tetap dalam keadaan baik,” saran dr. Ari Fahrial Syam, SP.PD, KGEH, MMB.
Suntikan Vaksin Rotavirus
Di Indonesia kematian anak mencapai 240.000 orang per tahun. Kematian anak karena diare 50.400 orang. Dari jumlah itu 10.088 anak di antaranya akibat rotavirus. Di Jakarta dan Surabaya sekitar 21-42 persen balita meninggal akibat diare dari rotavirus.
Rotavirus ditemukan pertama kali oleh Ruth Bishop (Australia) tahun 1973. Di Indonesia rotavirus ditemukan pada 1976. Rotavirus kemungkinan masuk ke tubuh manusia bukan hanya lewat oral tapi juga melalui saluran pernafasan.
Untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus per-oral (melalui mulut). Sayangnya di Indonesia, vaksin rotavirus ini belum ada. Namun karena rotavirus generasi awal itu strainnya sama dengan yang di dunia, G1, G2, G3, dan G4, maka vaksin yang sudah ada di negara lain bisa digunakan.
Tahun 2005, strain rotavirus di Indonesia berubah menjadi G9. Jenis ini jarang meski sempat ditemukan di India. Saat ini Amerika, hampir di semua negara Eropa, Cina, India, Bangladesh dan Filipina, sudah menggunakan vaksin rotavirus. Bahkan di Filipina dan Amerika vaksinasi rotavirus termasuk diwajibkan.
Sementara itu di Indonesia, vaksinasi rotavirus belum ada. Rotavirus diberikan 2-3 kali pada bayi usia 6-8 minggu. Harganya memang masih mahal Rp 300 ribu-500 ribu satu kali vaksin. Jika digunakan massal, bisa lebih murah sebagaimana hepatitis B. Saat ini vaksin rotavirus buatan Merck dan GSK sudah masuk proses izin di BPOM.
Apabila disetujui Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan), selanjutnya menyiapkan delapan rumah sakit (enam rumah sakit pendidikan, RSUD Kodya Yogyakarta dan RSUD Purworejo) untuk post marketing surveillens vaksin rotavirus. Vaksin diharap bisa mengurangi diare akibat rotavirus.




















BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari kasus diare yang terjadi di desa painan maka dapat di simpulkan bahwa kurang nya kesadaran kebersihan. kebersihan akan lingkugan tidak di sadari sejak dari kecil maka orang-orang di daerah tersebut tidak akan tejamin kebersihannya. Sehingga tidak dapat di pungkiri lagi bahwa kasus diare sangat tinggi di daerah painan ini. Dengan melihat itu maka solusi yang teraik adalah dengan penyuluhan kesehatan dan menyadarkan pola pikir mereka.

4.2 Saran
Jagalah kesehatan karena jika kita hidup sehat maka kita tidak akan terserang oleh penyakit dan terhindar dari penyakit diare yang menyerang karena kitidakbersihan kita.



























DAFTAR PUSTAKA

http://perawattegal.wordpress.com/2009/08/31/konsep-sehat-sakit/
http://www.scribd.com/doc/61043992/37/Tabel-16-Faktor-faktor-risiko-terjadinya-diare-persisten
http://jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-06-vol-xxxvii-2011/332-profil/643-masalah-diare-anak-di-indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Diare






















LAMPIRAN

Painan, Februari----
Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan mencatat sebanyak 12.695 kasus diare di 18 puskesmas sepanjang tahun 2010. Kasus paling banyak terjadi di Puskesmas Air Haji, Pasar Baru dan Kambang.
Berdasarkan data yang dirilis Dinkes, Rabu (26/1), di Puskesmas Air Haji tercatat 1.753 kasus, Pasar Baru 1.141 kasus, dan Kambang 1.099 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Pesisir Selatan, Mirsal menyebutkan penyebaran bakteri ecoli yang menyebabkan diare dapat dicegah dengan menyuci tangan setelah dan ketika akan bekerja.
"Kebiasaan masyarakat untuk membersihkan tangan masih belum membudaya karena terkendala berbagai faktor seperti minimnya ketersediaan air serta kebiasaan yang harus mulai ditanamkan sejak dini," jelasnya.
Selain kurangnya kebersihan, diare juga disebabkan karena pola makan yang berlebihan, banyak pikiran dan salah makan sehingga menggangu pencernaan.(02)









Makalah Micro Biologi

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara banyak tentang profesi dokter anak, pasien anak, sampai pendidikan spesialis anak tidak boleh melewatkan nama yang satu ini. dr. Badriul Hegar Syarif, SpA(K), demikian nama lengkap Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia ini. Hegar, panggilan ringkasnya, merupakan salah satu ahli gastroenterologi anak yang dikenal di Indonesia. Karier ayah tiga anak ini berawal dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan sampai sekarang ia masih mengabdi pada almamaternya. Kecintaannya pada profesi dokter anak mengantarnya menjadi pemimpin tertinggi di organisasi prafesi dokter anak tersebut.
Bekerja dengan pasien bukanlah hal yang asing bagi Hegar muda. Keterampilan klinis itu ia peroleh selama bertugas di daerah. Lulus pada 1983, ia tak langsung mengambil program dokter spesialis melainkan mengabdi dulu di Puskesmas Sungayang, Provinsi Sumatra Barat. Selesai masa tugas daerah, ia melanjutkan spesialis dokter anak di almamaternya dan me¬raih gelar spesialis anak pada 1992. Lulus dokter anak, ia langsung Inpres kedua di RSUD Samsuddin, Sukabumi, Jawa Barat, selama setahun. Dokter Hegar menyelesaikan PhD, pada tahun 2011 di Free University Brussels Belgium di bidang motility khususnya gastroesophageal reflux, dan sudah menjadi staf medik divisi gastroenterologi sejak tahun 1995 hingga saat ini.
Diare merupakan penyakit mayor bagi seorang ahli gastroenterologi anak, termasu¬k Hegar. Penyakit ini merupakan penyebab kematian yang sangat penting bagi seorang anak. Saat ini, situasi diare di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Hal ini disampaikan oleh Hegar dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Persatuan Dokter Umum Indonesia (PDUI), 26 Maret 2011 lalu, acara yang diselenggarakan oleh AED/C-Change proyek yang didanai USAID, dan kerjasama dengan panitia PDUI. Kematian pada anak yang disebabkan diare masih sangat tinggi, yaitu 42% pada bayi dan 25% pada balita berdasarkan data RISKESDAS 2007. Kematian di daerah-daerah terpencil lebih tinggi lagi karena kesigapan pelayanan keseha¬tan masih kurang. Kejadian diare pada anak masih tetap tinggi sampai saat ini, dikhawatirkan akan menurunkan usia harapan hidup dan kualitas hidup usia muda di Indonesia secara umum. Dan hal ini tentu akan mempengaruhi pencapaian Indonesia dalam MDG (Millenium Development Goal) terutama pada penurunan kematian anak.
Saat ini kebijakan pemerintah, Kemenkes, dan didukung oleh IDAI me¬nyebut¬kan bahwa adanya program LINTAS DIARE (lima langkah tuntaskan diare) telah diberlakukan di Indonesia semenjak 2008. Muatan program tersebut ada lima yaitu: pemberian oralit segera, obat zink diberikan 10 hari berturut-turut untuk semua kasus diare (pencegahan diare berulang), teruskan pemberian ASI dan makanan, antibiotik hanya boleh dipakai pada diare berdarah, serta nasihat/edukasi kepada pasien untuk beberapa hal penting terkait penyakit dan penatalaksanaannya.
Pemberian zink sebagai salah satu pilar merupakan hal yang sangat penting, namun belum diketahui oleh sebagian besar dokte¬r umum di Indonesia. Zink sendiri merupakan mineral penting yang akan terganggu penyerapannya pada saat diare. Kekurangan zink dalam tubuh akan mengganggu metabolisme di usus dan sistem ke¬¬kebalan tubuh. Selain itu, zink juga mam¬pu menghambat pertumbuhan kolonisasi bakteri di usus. Beberapa percobaan klinis yang penting sudah membuktikan manfaat zink dalam pengobatan diare pada anak.
Bagi Hegar yang juga seorang pembina di PDUI, penatalaksanaan terpadu diare anak menggunakan zink perlu diinformasikan kepada dokter-dokter umum di Indonesia. Dokter-dokter itu merupakan lini pertama (ujung tombak) pelayanan keseha¬tan di daerah terpencil. Di sisi lain, kasus diare sangatlah banyak di lapangan. Dengan demikian, sosialisasi tata laksana diare menggunakan lima pilar itu perlu se¬kali dilaksanakan. Dokter umum memiliki pe¬ran yang sangat besar dalam penangan¬an pasien di lapangan.
Saat ini, ada banyak obat zink yang diju¬al di pasar farmasi, sampai ke rumah sakit. Pemberian zink rutin dilakukan pada semua pasien diare anak agar dapat menurun¬kan morbiditas dan mortalitasnya. Hegar yang mengacu pada pilar-pilar Lintas Diare juga mendukung program-program sejenis demi keselamatan anak-anak di Indonesia. Zink diberikan secara oral (tablet dispersible) yang dilarutkan dalam air putih atau ASI selama 30 detik, atau dikunyah bila pasien mampu. Dosis berbeda ber¬dasarkan rentang usia. Satu tablet berisi 20 mg Zink dan tersedia pula dalam bentuk sirup atau sirup kering dalam kemasan sach¬et. Bersama dukungan pemerintah dan organisasi profesi seperti IDAI dan PDUII, sosialisasi penggunaan zink bersama dengan pemberian oralit pada semua kasus diare pada anak diyakini akan mening¬kat sehingga diharapkan dapat ikut menekan morbiditas dan mortalitas pada anak karena diare.

1.2 Rumusan Masalah
a. Mengapa kasus diare pada anak Indonesia masih banyak terjadi ?
b. Apa yang menyebabkan kasus diare masih banyak di indonesia ?
c. Bagaimana cara mengatasi
d. Kenapa anak anak yang rentan terkena diaredi bandingkan dewasa ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui masalah diare yang terjadi pada anak anak di Indonesia. Karena sekarang masih banyak kasus diare yang menyerang anak-anak.


















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kesehatan Secara Umum
Kata-kata Hidup Sehat memang mudah diucapkan tetapi agak sulit dilaksanakan. Semua orang mendambakan hidup yang teratur dan sehat, tetapi sangatlah sedikit dari mereka yang memahami apa arti hidup sehat itu sendiri. Lalu yang dikatakan hidup sehat itu sendiri bagaimana?
Menurut Undang-undang Pokok Kesehatan nomor 9 tahun 1960, dalam pasal 2 dikatakan bahwa yang dimaksud kesehatan adalah yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Ini mengandung pengertian bahwa orang yang sehat itu tidaklah cukup dikatakan dia bebas dari penyakit fisik. Tapi lebih dari itu. Apalah artinya badan sehat kalau hanya menyusahkan orang lain.
Sehat Secara Jasmani
Soedjatmo Soemowardojo menyatakan bahwa sehat menurut ilmu faal, adalah normalnya fungsi alat-alat tubuh. Untuk bisa hidup sehat secara jasmaniah tentunya kita perlu usaha. Dan dalam berusaha tentu perlu ilmu, kesabaran, waktu, dan kadang biaya. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah makan secara teratur dan berolahraga. Kelihatan ringan dan gampang, tetapi dalam kenyataannya tidak semua orang paham apa yang dimaksud makan secara teratur. Apakah hanya keakuratan waktu dan menu yang aduhai? Tentu saja tidak. Makan secara teratur itu tidak lain yaitu makan menurut anjuran kesehatan. Ini artinya kita makan secukupnya dan tentu saja bergizi, misalnya sepiring nasi, semangkok sayur, lauk sepatutnya, dan kalau ada segelas susu segar. Istilah populernya empat sehat lima sempurna.
Sebetulnya kebutuhan kita akan kalori tidaklah begitu banyak, kecuali kalau kita sedang bekerja berat atau berolahraga misalnya bermain sepak bola. Justru kalau kita makan berlebihan malah berbahaya. Bisa-bisa sakit jantung, liver, ginjal, atau tekanan darah tinggi. Bahkan Nabi Muhammad pernah memberi nasehat kepada kita: makanlah kalian bila merasa lapar, dan ketika makan jangan terlalu kenyang. Itu artinya kita dilatih untuk bersabar. Bukankah sifat sabar dalam mengkonsumsi makanan. Karena semua yang berlebihan itu tidak baik buat kesehatan. Selain makan teratur, kita masih dianjurkan berolahraga secara rutin. Dengan berolahraga akan mengurangi pembentukan lemak yang berlebihan dalam tubuh kita.
Sehat Secara Rohani
Adapun kesehatan rohani (kesehatan mental) menurut faham kedokteran pada waktu sekarang, ialah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain. Sehat yang satu ini memang agak sulit diamati secara fisik. Meski segar bugar, seseorang masih dikatakan tidak sehat jika suka berhalusinasi dan berbicara sendiri. Atau sering melamun karena galau dengan masa depannya, namun tidak melakukan usaha apa-apa. Secara psikologis, di dalam dirinya terjadi krisis mental. Jiwanya kering. Dia butuh siraman rohani untuk membangkitkan semangat hidupnya.
Sehat Secara Finansial
Kefakiran itu dekat dengan kekufuran. Seseorang yang mengalami krisis ekonomi dapat dengan mudah terjerumus pada hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama. Sering dijumpai di surat kabar, ada orang yang mencuri karena tidak mempunyai uang untuk membeli makanan. Fakir belum tentu berarti tidak punya uang. Karena ada pula orang yang ekonominya mapan, tetapi masih korupsi anggaran. Sehingga juga bisa dikatakan bahwa dia miskin. Tetapi bukan miskin harta, melainkan miskin jiwa. Jiwanya tidak pernah merasa puas dengan apa-apa yang sudah dimiliki. Uang satu juta rupiah bisa dikatakan banyak bagi seorang pengemis, tetapi masih terlalu sedikit bagi seorang konglomerat. Sehingga, sehat secara finansial hanya dimiliki oleh orang-orang yang merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang dia peroleh dari pekerjaannya.
Sehat Secara Sosial
Kesehatan sosial ialah perikehidupan di dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap warga Negara mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan sendiri serta kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya.
Apalah artinya badan sehat dan segala kebutuhan terpenuhi, tetapi tidak mempunyai teman untuk diajak bicara. Bukankah berbicara itu merupakan kebutuhan batin seseorang dalam mengungkapkan perasaan, baik suka maupun duka? Alangkah malangnya seseorang bila segalanya dikerjakan sendiri. Dalam hal-hal tertentu memang selayaknya sebuah pekerjaan dilakukan sendiri. Tetapi dalam hidup bermasyarakat kita tidak mungkin menghindar begitu saja. Sebab, pada hakekatnya kita di samping makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial. Jadi, agar dianggap sehat secara sosial kita harus pandai-pandai beradaptasi dengan lingkungan di mana kita berada.
Setelah membaca uraian di atas, mungkin kita perlu kembali ke bagian awal tulisan ini, di bagian judul. Ya, Anda memang hidup. Tapi, apakah Anda sehat? Pastikan poin berikut benar.
1. Anda merasa bugar, makan teratur, dan sering berolah raga.
2. Anda beriman dan bertakwa sesuai ajaran agama Anda.
3. Anda memiliki cukup keuangan untuk hidup sehari-hari.
4. Anda terbiasa bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar Anda.
Nah, adakah poin yang belum sesuai dengan kondisi Anda sekarang? Jika ada, maka bersegeralah untuk mengobatinya. Paling tidak segera berupaya untuk menutupi kekurangan yang ada.
1. Jika tubuh Anda kurang bugar, segeralah berolah raga. Olah raga memang membuat badan capek. Tetapi bukan itu tujuannya. Olah raga bertujuan membentuk daya tahan tubuh yang lebih tinggi. Letih dan lelah hanya akan terasa di awalnya saja. Tetapi dengan semakin sering berolah raga, tubuh akan semakin kuat dalam menghadapi kelelahan yang sama.
2. Jika rohani Anda kering, segeralah mendekat kepada Yang Mahakuasa. Perbanyak ibadah dan doa agar iman Anda semakin kuat, dan jiwa Anda pun semakin tahan dalam menghadapi segala bentuk cobaan hidup.
3. Jika keuangan Anda kurang memadai, maka tingkatkanlah semangat kerja Anda. Lakukanlah yang terbaik, bukannya justru menurun. Dengan bekerja sepenuh hati, maka apapun yang Anda lakukan akan bernilai tinggi di hadapan Anda Lalu terimalah hasilnya dengan sepenuh hati dan syukur. Ingat, jika kita bersyukur, maka nikmat itu akan ditambah.
4. Jika Anda masih merasa asing di tengah-tengah masyarakat Anda, segeralah berkenalan dengan mereka. Tidak ada kata terlambat untuk berkenalan, selama belum dijemput oleh kematian. Tidak perlu merasa takut dan ragu, karena kadang-kadang rasa takut itu datang dari diri sendiri.
Poin pertama hingga ketiga mungkin dapat Anda tangani dan lakukan sendiri. Tetapi bagaimana dengan poin keempat? Langkah-langkah apa yang akan Anda lakukan? Kami yakin bahwa Anda punya banyak teman. Baik teman sekolah, kuliah, kerja, bermain, dsb. Tetapi, apakah mereka semua tinggal di sekitar Anda? Mana yang lebih Anda kenal, tetangga sebelah rumah Anda atau teman sebangku di sekolah dari luar kota?
Orang yang normal akan merasa nyaman ketika bersama dengan orang-orang yang latar belakangnya sama. Misalnya memiliki hobi yang sama, kepandaian yang sama, tingkat ekonomi yang sama, atau idealisme yang sama. Tetapi, apakah di tempat tinggal kita masing-masing terdapat orang-orang yang seperti itu? Tentu tidak kan? Masyarakat kita begitu heterogen. Bermacam-macam hal yang berbeda, mulai dari pekerjaan, hobi, tingkat kepandaian, kekayaan, dan ribuan perbedaan lainnya. Kecuali kalau Anda tinggal di perumahan khusus orang-orang pintar, kaya, dsb. Anda tidak perlu merisaukan hal ini.
Maka dari itu, kita membutuhkan ‘olah raga’ sosial. Kita harus terjun langsung ke masyarakat agar bisa saling mengenal. Mengamati saja tidak cukup. Boleh jadi kita hapal dengan nama-nama orang di sekitar kita, tetapi kita tidak pernah mengenal bagaimana orangnya. Kita juga harus saling berdialog agar mengerti pikiran masing-masing. Tak lupa pula, kita harus bekerja sama agar mengerti kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dalam sebuah kerja sama itu, kita akan tahu sejauh mana kemampuan kita dalam menghadapai berbagai persoalan yang kita temui dalam suatu kegiatan. Boleh jadi kita merasa pintar di bidang akademik, tapi suatu saat kita baru sadar betapa bodohnya kita saat berbicara tak karuan di depan umum. Atau mungkin kita merasa minder ketika bertemu dengan orang-orang terkenal, namun ternyata kita langsung akrab karena memiliki hobi yang sama.
Dalam sebuah kerja sama itu, kita juga akan tahu sekuat apa mental kita. Ketika bertemu dengan berbagai persoalan yang tak kunjung usai, apakah kita akan menyerah begitu saja atau berjuang habis-habisan. Dalam sebuah kerja sama itu, kita akan tahu sepandai apa kita dalam membagi waktu. Apakah kita dapat berinteraksi dan memberi manfaat bagi orang banyak, atau hanya menghabiskan waktu untuk bersantai-santai.
Dalam sebuah kerja sama itulah, kita menjalankan organisasi. Sebagai pemuda, terkadang kita masih dianggap sebelah mata oleh orang-orang dewasa (baca: pejabat). Baik pejabat tingkat RT, RW, Kelurahan, hingga Presiden. Dengan mengikuti organisasi, kita mempersiapkan diri kita untuk menggantikan mereka-mereka yang sudah tua itu – beberapa tahun lagi.
Selama satu, tiga, atau lima tahun, boleh jadi terlalu lama bagi kita untuk memikul beban kepengurusan suatu organisasi. Namun, bisa jadi terlalu singkat untuk membuat mental dan kedewasaan kita benar-benar matang. Ingat, kita adalah calon ayah atau ibu bagi anak kita nanti. Kita juga calon pasangan bagi suami atau istri kita nanti. Apakah kita bisa menjamin keberhasilan masa depan keluarga dan masyarakat sekitar kita, jika mengurus kesehatan diri sendiri saja tidak mampu?
Delapan kriteria jiwa (mental) yang sehat menurut WHO (World Health Organization):
1. Mampu belajar dari pengalaman
2. Mudah beradaptasi
3. Lebih senang memberi daripada menerima
4. Lebih senang menolong daripada ditolong
5. Mempunyai rasa kasih saying
6. Memperoleh kesenangan dari hasil usahanya
7. Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pengalaman
8. Berpikir positif (positive thinking)

2.2 Konsep Sehat Sakit
Pengertian
1. Sehat menurut WHO 1974
Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, social bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
2. UU N0. 23/1992 tentang kesehatan
kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
3. Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.
4. Kesehatan mental menurut UU No.3/1961 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
5. Kesehatan social adalah suatu kemampuan untuk hidup bersama dengan masyarakat dilingkungannya.
6. Kesehatan fisik adalah suatu keadaan dimana bentuk fisik dan fungsinya tidak ada ganguan sehingga memungkinkan perkembangan psikologis, dan social serta dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan optimal.
Sesuai dengan pengertian sehat di atas dapat di simpulkan bahwa kesehatan terdiri dari 3 dimensi yaitu fisik, psikis dan social yang dapat diartikan secara lebih positif, dengan kata lain bahwa seseorang diberi kesempatan untuk mengembangkan seluas-luasnya kemampuan yang dibawanya sejak lahir untuk mendapatkan atau mengartikan sehat.
Meskipun terdapat banyak pengertian/definisi, konsep sehat adalah tidak standart atau baku serta tidak dapat diterima secara mutlak dan umum. Apa yang dianggap normal oleh seseorang masih mungkin dinilai abnormal oleh orang lain, masing-masing orang/kelompok/masyarakat memiliki patokan tersendiri dalam mengartikan sehat. Banyak orang hidup sehat walau status ekonominya kekurangan, tinggal ditempat yang kumuh dan bising, mereka tidak mengeluh adanya gangguan walau setelah ditimbang berat badanya dibawah normal. Penjelasan ini menunjukan bahwa konsep sehat bersifat relatif yang bervariasi sangat luas antara sesama orang walau dalam satu ruang/wilayah.
Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spectrum merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Sehat sebagai suatu spectrum, Pepkins mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja secara aktif untuk mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu harus dipertahankan. Berikut adalah tahap-tahap spectrum kesehatan :
Positive Health
Better Health
Freedom from Sickness
Spektrum
Kesehatan
Unrecognized Sickness
Mild Sickness
Severe Sickness
Death
Konsep Sakit
A. Pengertian
1. Perkins mendefinisikan sakit sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivtas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani dan social
2. R. Susan mendefinisikan sakit adalah tidak adanya keserasian antara lingkungan dan individu.
3. Oxford English Dictionary mengartikan sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.
Keadaan sehat – Sakit
A. Kontinum Sehat – sakit
Status kesehatan seseorang terletak antara dua kutub yaitu “ sehat optimal dan “ kematian “, yang sifatnya dinamis. Bila kesehatan seseorang bergerak kekutub kematian maka seseorang berada pada area sakit (illness area) dan bila status kesehatan bergerak kearah sehat (optimal well being) maka seseorang dalam area sehat (wellness area).
Kematian Sehat
Illness area Wellness area
B. Mempertahankan status kesehatan
1. Sesuai dengan sifat sehat-sakit yang dinamis, maka keadaan seseorang dapat dibagi menjadi sehat optimal, sedikit sehat, sedikit sakit, sakit berat dan meninggal.
2. Bila seseorang dalam area sehat maka perlu diupayakan pencegahan primer (primary prevention) yang meliputi health promotion dan spesific protection guna mencegah terjadinya sakit.
3. Bila seseorang dalam area sakit perlu diupayakan pencegahan sekunder dan tersier yaitu early diagnosisand promt treatment, disability limitation dan rehabilitation.
C. Factor yang berpengaruh terhadap perunbahan sehat sakit
A. Blum, mengemukakan terdapat 6 faktor yang mempengaruhi status sehat-sakit, yaitu :
1. Faktor politik meliputi keamanan, tekanan, tindasan dll.
2. Faktor perilaku manusia meliputi kebutuhan manusia, kebiasaan manusia, adat istiadat.
3. Faktor keturunan meliputi genetic, kecacatan, etnis, fator resiko, ras dll.
4. Factor pelayanan kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
5. Faktor lingkungan meliputi udara, air, sungai dll.
6. Factor social ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan dll.
D. Tingkat Pencegahan
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit di kenal tiga tahap pencegahan:
Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection).
Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation)
Pencegahan tersier: rehabilitasi.
1. Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang dilakukan ialah:
a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.
2. Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
a. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
b. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
3. Pencegahan tersier
a. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.
Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat di lihat pada gambar dua. Pada gambar dua proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang sakit: yang ditandai dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit, bahan berbahaya), host/tubuh orang dan lingkungan dan b) fase orang mulai sakit: yang akhirnya sembuh atau mati.
Gambar dua: Tingkat pencegahan penyakit (sumber: Leavel and clark, 1958)
Promosi kesehatan dilakukan melalui intervensi pada host/tubuh orang misalnya makan makanan bergizi seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit misalnya menghilangkan tempat berkembang biaknya kuman penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat berkembang biaknya vektor penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes, atau terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan memberikan antibiotika untuk membunuh kuman.
Perlindungan khusus dilakukan melalui tindakan tertentu misalnya imunisasi atau proteksi pada bahan industri berbahaya dan bising . Melakukan kegiatan kumur-kumur dengan larutan flour untuk mencegah terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit misalnya mencuci tangan dengan larutan antiseptik sebelum operasi untuk mencegah infeksi, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.
Diagnosa dini dilakukan melalui proses skrining seperti misalnya skrining kanker payudara, kanker rahim, adanya penyakit-penyakit tertentu pada masa kehamilan, sehingga pengobatan dapat dilakukan saat dini dan akibat buruknya dapat dicegah.
Kadang-kadang batas dari ketiga tahap pencegahan itu tidak jelas sehingga ada kegiatan yang tumpang tindih dapat digolongkan pada perlindungan khusus akan tetapi juga dapat digolongkan pada diagnosa dini dan pengobatan segera misalnya pengobatan lesi prekanker pada rahim dapat termasuk pengobatan dini dapat juga perlindungan khusus.
Selain upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier yang dikalangan kesehatan dokter, perawat dan praktisi kesehatan masyarakat dikenal sebagai lima tingkat pencegahan, juga dikenal empat tahapan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat, empat tahapan itu (Rossenberg, Mercy and Annest, 1998) ialah:
Apa masalahnya (surveillance). Identifikasi masalah, apa masalahnya, kapan terjadinya, dimana, siapa penderitanya, bagaimana terjadinya, kapan hal itu terjadi apakah ada kaitannya dengan musim atau periode tertentu.
Mengapa hal itu terjadi (Identifikasi faktor resiko). Mengapa hal itu lebih mudah terjadi pada orang tertentu, faktor apa yang meningkatkan kejadian (faktor resiko) dan faktor apa yang menurunkan kejadian (faktor protektif).
Apa yang berhasil dilakukan (evaluasi intervensi). Atas dasar kedua langkah terdahulu, dapat di rancang upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah, menanggulangi dengan segera penderita dan melakukan upaya penyembuhan dan pendampingan untuk menolong korban dan menilai keberhasilan tindakan itu dalam mencegah dan menanggulangi masalah.
Bagaimana memperluas intervensi yang efektif itu (implementasi dalam skala besar). Setelah diketahui intervensi yang efektif, tindakan selanjutnya bagaimana melaksanakan intervensi itu di pelbagai tempat dan setting dan mengembangkan sumber daya untuk melaksanakannya.

2.3 Diare
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris = diarrhea) adalah sebuahpenyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya.
Kondisi ini dapat merupakan gejala dari luka, penyakit,alergi (fructose, lactose), kelebihan vitamin C, dan mengonsumsi Buah-buahan tertentu. Biasanya disertai sakit perut dan seringkali mual dan muntah. Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tapi tidak semua gejala diare, dan definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per hari.
Memakan makanan yang asam, pedas, atau bersantan sekaligus secara berlebihan dapat menyebabkan diare juga karena membuat usus kaget.
Hal ini terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh usus besar. Sebagai bagian dari prosesdigestasi, atau karena masukan cairan, makanan tercampur dengan sejumlah besar air. Oleh karena itu makanan yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar. Usus besar menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang setengah padat. Bila usus besar rusak / radang, penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang berair.

Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan.
Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti disentri, kolera atau botulisme, dan juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis sepertipenyakit Crohn. Meskipun penderita apendisitis umumnya tidak mengalami diare, diare menjadi gejala umum radang usus buntu.
Diare juga dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak cukup makan. jadi apabila mau mengkonsumsi alkohol lebih baik makan terlebih dahulu.

Gejala
Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang dapat timbul antara lain pegal pada punggung,dan perut sering berbunyi.
Perawatan
Perawatan untuk diare melibatkan pasien mengonsumsi sejumlah air yang mencukupi untuk menggantikan yang hilang, lebih baik bila dicampur denganelektrolit untuk menyediakan garam yang dibutuhkan dan sejumlah nutrisi. Oralit dan tablet zinc adalah pengobatan pilihan utama dan telah diperkirakan telah menyelamatkan 50 juta anak dalam 25 tahun terakhir.[1] Untuk banyak orang, perawatan lebih lanjut dan medikasi resmi tidak dibutuhkan.
Diare di bawah ini biasanya diperlukan pengawasan medis:
 Diare pada balita
 Diare menengah atau berat pada anak-anak
 Diare yang bercampur dengan darah.
 Diare yang terus terjadi lebih dari 2 minggu.
 Diare yang disertai dengan penyakit umum lainnya seperti sakit perut, demam, kehilangan berat badan, dan lain-lain.
 Diare pada orang yang bepergian (kemungkinan terjadi infeksi yang eksotis seperti parasit)
 Diare dalam institusi seperti rumah sakit, perawatan anak, institut kesehatan mental.










BAB III
PEMBAHASAN
Penyebab Diare
Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu:
1. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.
2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
4. Pemanis buatan
Berdasar metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus.
Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar.
Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare.
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.
Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, tidak tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung susu sapi.
Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi tersebut tidak akan mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim laktose. Disamping itu, ASI terjamin kebersihannya karena langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan dot.
Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus.
Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
• Muntah
• Badan lesu atau lemah
• Panas
• Tidak nafsu makan
• Darah dan lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang.




table ini menunjukan kasus diare yang ada di kabupaten painan.

Pencegahan Diare
Diare termasuk penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease). Meskipun demikian, jangan remehkan diare karena dapat mengancam jiwa. Dua pembunuh terbesar anak-anak balita (bawah lima tahun) adalah diare dan radang paru-paru.
Penyakit diare dapat ditularkan melalui:
Pemakaian botol susu yang tidak bersih
Menggunakan sumber air yang tercemar
Buang air besar disembarang tempat
Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll) atau oleh tangan yang kotor.
Faktor kebersihan ternyata ikut andil dalam menyebabkan anak diare. Mulai dari kebersihan alat makan anak sampai kebersihan setelah buang air kecil/buang air besar. Semua yang dapat mengenai tangan anak atau langsung masuk ke dalam mulut anak harus diawasi.
Ada cara yang mudah untuk mencegah terkena diare yaitu mencuci tangan dengan sabun. Kebiasaan sederhana mencuci tangan dengan sabun, jika diterapkan secara luas, akan menyelamatkan lebih dari satu juta orang di seluruh dunia, khususnya balita
Tak kalah penting adalah pemberian ASI minimal 6 bulan. Sebab, di dalam ASI terdapat antirotavirus yaitu imunoglobulin. Makanya, anak-anak yang minum ASI eksklusif jarang menderita diare. Selain ASI, imunisasi campak ternyata bisa mencegah diare,” tambah dr. Luszy Arijanty, Sp.A.
“Penyebab utama diare pada orang dewasa adalah bakteri yang mengkontaminasi makan dan minuman, sehingga mencegah diare pada orang dewasa adalah dengan memperhatikan kebersihan makanan dan minuman. Jadi pilihlah makanan yang tetap dalam keadaan baik,” saran dr. Ari Fahrial Syam, SP.PD, KGEH, MMB.
Suntikan Vaksin Rotavirus
Di Indonesia kematian anak mencapai 240.000 orang per tahun. Kematian anak karena diare 50.400 orang. Dari jumlah itu 10.088 anak di antaranya akibat rotavirus. Di Jakarta dan Surabaya sekitar 21-42 persen balita meninggal akibat diare dari rotavirus.
Rotavirus ditemukan pertama kali oleh Ruth Bishop (Australia) tahun 1973. Di Indonesia rotavirus ditemukan pada 1976. Rotavirus kemungkinan masuk ke tubuh manusia bukan hanya lewat oral tapi juga melalui saluran pernafasan.
Untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus per-oral (melalui mulut). Sayangnya di Indonesia, vaksin rotavirus ini belum ada. Namun karena rotavirus generasi awal itu strainnya sama dengan yang di dunia, G1, G2, G3, dan G4, maka vaksin yang sudah ada di negara lain bisa digunakan.
Tahun 2005, strain rotavirus di Indonesia berubah menjadi G9. Jenis ini jarang meski sempat ditemukan di India. Saat ini Amerika, hampir di semua negara Eropa, Cina, India, Bangladesh dan Filipina, sudah menggunakan vaksin rotavirus. Bahkan di Filipina dan Amerika vaksinasi rotavirus termasuk diwajibkan.
Sementara itu di Indonesia, vaksinasi rotavirus belum ada. Rotavirus diberikan 2-3 kali pada bayi usia 6-8 minggu. Harganya memang masih mahal Rp 300 ribu-500 ribu satu kali vaksin. Jika digunakan massal, bisa lebih murah sebagaimana hepatitis B. Saat ini vaksin rotavirus buatan Merck dan GSK sudah masuk proses izin di BPOM.
Apabila disetujui Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan), selanjutnya menyiapkan delapan rumah sakit (enam rumah sakit pendidikan, RSUD Kodya Yogyakarta dan RSUD Purworejo) untuk post marketing surveillens vaksin rotavirus. Vaksin diharap bisa mengurangi diare akibat rotavirus.




















BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari kasus diare yang terjadi di desa painan maka dapat di simpulkan bahwa kurang nya kesadaran kebersihan. kebersihan akan lingkugan tidak di sadari sejak dari kecil maka orang-orang di daerah tersebut tidak akan tejamin kebersihannya. Sehingga tidak dapat di pungkiri lagi bahwa kasus diare sangat tinggi di daerah painan ini. Dengan melihat itu maka solusi yang teraik adalah dengan penyuluhan kesehatan dan menyadarkan pola pikir mereka.

4.2 Saran
Jagalah kesehatan karena jika kita hidup sehat maka kita tidak akan terserang oleh penyakit dan terhindar dari penyakit diare yang menyerang karena kitidakbersihan kita.



























DAFTAR PUSTAKA

http://perawattegal.wordpress.com/2009/08/31/konsep-sehat-sakit/
http://www.scribd.com/doc/61043992/37/Tabel-16-Faktor-faktor-risiko-terjadinya-diare-persisten
http://jurnalmedika.com/edisi-tahun-2011/edisi-no-06-vol-xxxvii-2011/332-profil/643-masalah-diare-anak-di-indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Diare






















LAMPIRAN

Painan, Februari----
Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan mencatat sebanyak 12.695 kasus diare di 18 puskesmas sepanjang tahun 2010. Kasus paling banyak terjadi di Puskesmas Air Haji, Pasar Baru dan Kambang.
Berdasarkan data yang dirilis Dinkes, Rabu (26/1), di Puskesmas Air Haji tercatat 1.753 kasus, Pasar Baru 1.141 kasus, dan Kambang 1.099 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Pesisir Selatan, Mirsal menyebutkan penyebaran bakteri ecoli yang menyebabkan diare dapat dicegah dengan menyuci tangan setelah dan ketika akan bekerja.
"Kebiasaan masyarakat untuk membersihkan tangan masih belum membudaya karena terkendala berbagai faktor seperti minimnya ketersediaan air serta kebiasaan yang harus mulai ditanamkan sejak dini," jelasnya.
Selain kurangnya kebersihan, diare juga disebabkan karena pola makan yang berlebihan, banyak pikiran dan salah makan sehingga menggangu pencernaan.(02)









Rabu, 15 Mei 2013

Makalah Komunikasi Terapeutik


BAB I
PENDAHULUAN
1.              Latar Belakang
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989).
Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
2.      Tujuan
1.    Untuk mengetahui komunikasi dalam proses keperawatan.
2.    Untuk mengetahui Komunikasi terapeutik dalam keperawatan.

3.      Rumusan Masalah
a.     Apakah Pengaruh Hubungan Komunikasi Terapeutik Antara Perawat dengan
     Klien ?
b.     Bagaimana Perbedaan Hubungan Sosial dan Komunikasi Terapeutik ?
c.     Apa Perilaku,Pikiran dan Perasaan Seseorang di Lihat dari Teori Johari
     Window ?
d.    Apakah yang di maksud Peningkatan Kesadaran Diri ?
e.     Apakah Tugas Perawat pada Setiap Fase Hubungan ?


BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.
Tujuan komunikasi terapeutik adalah :
a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan    mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat memiliki karakteristik sebagai berikut (Hamid,1998):
a. Kesadaran diri.
b. Klarifikasi nilai.
c. Eksplorasi perasaan.
d. Kemampuan untuk menjadi model peran.
e. Motivasi altruistik.
f.  Rasa tanggung jawab dan etik.
C. Fungsi komunikasi terapetik
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Prinsip-prinsip komunikasi adalah:
·         Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi
·         Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
·         Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik
·         Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
·         Kerahasiaan klien harus dijaga
·         Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
·         Implementasi intervensi berdasarkan teori
·         Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat
·         Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya secara rasional
·         Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
Komponen Komunikasi Terapeutik
Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima komponen fungsional berikut (Hamid, 1998):
a.Pengirim : yang menjadi asal dari pesan.
b.Pesan :suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirimkepada penerima.
c.Penerima : yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya dipengaruhi oleh pesan.
d.Umpan balik : respon dari penerima pesan kepada pengirim pesan.
e.Konteks : tatanan di mana komunikasi terjadi.
Jika perawat mengevaluasi proses komunikasi dengan menggunakan lima elemen struktur ini maka masalah-masalah yang spesifik atau kesalahan yang potensial dapat diidentifikasi.
Menurur Roger, terdapat beberapa karakteristik dari seorang perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik.Karakteristik tersebut antara lain:
a. Kejujuran (trustworthy); Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan komunikasi yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat membina hubungan saling percaya. Klien hanya akan terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi yang benar hanya bila yakin bahwa perawat dapat dipercaya.
b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif; Dalam berkomunikasi hendaknya perawat menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi nonverbal harus mendukung komunikasi verbal yang disampaikan. Ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien menjadi bingung.
c.Bersikap positif; Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Roger menyatakan inti dari hubungan terapeutik adalah kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati dan sikap positif.
d.Empati bukan simpati; Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh klien. Dengan empati seorang perawat dapat memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien, karena meskipun dia turut merasakan permasalahan yang dirasakan kliennya, tetapi tidak larut dalam masalah tersebut sehingga perawat dapat memikirkan masalah yang dihadapi klien secara objektif. Sikap simpati membuat perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia terlibat secara emosional dan terlarut didalamnya.
e. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien; Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus berorientasi pada klien, (Taylor, dkk ,1997). Untuk itu agar dapat membantu memecahkan masalah klien perawat harus memandang permasalahan tersebut dari sudut pandang klien. Untuk itu perawat harus menggunakan terkhnik active listening dan kesabaran dalam mendengarkan ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan secara tergesa-gesa dengan tidak menyimak secara keseluruhan ungkapan klien akibatnya dapat fatal, karena dapat saja diagnosa yang dirumuskan perawat tidak sesuai dengan masalah klien dan akibatnya tindakan yang diberikan dapat tidak membantu bahkan merusak klien.
f. Menerima klien apa adanya; Jika seseorang diterima dengan tulus, seseorang akan merasa nyaman dan aman dalam menjalin hubungan intim terapeutik. Memberikan penilaian atau mengkritik klien berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukkan bahwa perawat tidak menerima klien apa adanya.
g. Sensitif terhadap perasaan klien; Tanpa kemampuan ini hubungan yang terapeutik sulit terjalin dengan baik, karena jika tidak sensitif perawat dapat saja melakukan pelanggaran batas, privasi dan menyinggung perasaan klien.
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri; Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada masa lalunya tidak akan mampu berbuat yang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi perawat untuk membantu klien, jika ia sendiri memiliki segudang masalah dan ketidakpuasan dalam hidupnya.
Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik.
 (1) fase preinteraksi
(2) fase perkenalan atau orientasi
(3) fase kerja
(4) fase terminasi.
1.      Pengaruh Hubungan Komunikasi Terapeutik Antara Perawat dengan Klien
Hubungan terapeutik perawat-klien adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman untuk memperbaiki emosi klien. Dalam hubungan ini perawat memakai diri sendiri dan teknik pendekatan yang khusus dalam bekerja dengan klien untuk memberi pengertian dan merubah perilaku klien.
Secara umum tujuan hubungan terapeutik adalah untuk perkembangan klien (Stuart dan Sundeen, 1987; 96), yaitu:
1. Kesadaran diri, penerimaan diri dan penghargaan diri yang meningkat
2. Pengertian yang jelas tentang identitas diri dan integritas diri ditingkatkan
3.Kemampuan untuk membina hubungan intim interdependen, pribadi dengan kecakapan menerima dan memberi kasih sayang.
4.Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pribadi yang realistis.
Untuk mencapai tujuan di atas, berbagai aspek kehidupan klien akan diekspresikan selama berhubungan dengan perawat. Perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan persepsi serta dihubungkan dengan perilaku yang tampak (hasil observasi dan laporan). Area yang diidentifikasi sebagai konflik dan kecemasan perlu diklarifikasi. Penting bagi perawat untuk mengidentifikasi kemampuan klien dan mengoptimalkan kemampuan melakukan hubungan sosial dan keluarga. Komunikasi akan menjadi baik dan perilaku maladaptif akan berubah jika klien sudah mencoba pola perilaku dan koping baru yang konstruktif.
Status klien dalam hubungan terapeutik perawat-klien sudah berubah dari dependen menjadi interdependen. Pada waktu yang lalu, perawat mengambil keputusan untuk klien, saat ini perawat memberi alternatif dan membantu klien dalam proses pemecahan masalah (Cook dan Fontaine, 1987; 14).
Di dalam hubungan terapeutik perawat-klien, perawat memakai dirinya secara terapeutik dalam membantu klien, perlu mengenal dirinya, termasuk perilaku, perasaan, pikiran dan nilai agar asuhan yang diberikan tetap berkualitas dan menguntungkan klien.
Makalah ini akan menguraikan bagaimana meningkatkan kesadaran diri perawat agar berkembang kualitasnya dalam memberikan asuhan keperawatan yang mencakup uraian tentang tahap hubungan perawat-klien, sifat hubungan dan teknik komunikasi dalam berhubungan.

2.      Perbedaan Hubungan Sosial dan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Sosial
Komunikasi Terapeutik
·     Definisi
Komunikasi adalah pemindahan informasi dari satu orang ke orang lain terlepas percaya atau tidak (Harold Koont dan CYRIL o’Donell).
Komunikasi adalah proses pengoperasian lambang-lambang yang mengandung pengertian antara individu-individu (William Ablig).
·         Tujuan
1.    Mampu memahami perilaku orang lain
2.    Mengenali perilaku bila setuju dan tidak setuju
3.    Memahami perlunya memberi pujian
4.    Menciptakan hubungan personal yang baik
5.    Memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu
6.    Untuk menentukan suatu kesanggupan
7.    Untuk meneliti pola kesehatan
8.    Mendorong untuk bertindak
9.    Memberi nasehat
·         Komponen Komunikasi
1.                 Komunikator : Penyampaian informasi atau sumber informasi.
2.Komunikan : Penerima informasi, pemberi respon terhadap stimulus.
3.Pesan : Gagasan, pendapat, stimulus, fakta, informasi.
4.Media : Saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan.
5.Kegiatan “Encoding” : Perumusan pesan oleh komunikator.
6.Kegiatan “Decoding” : Penafsiran pesan oleh komunikan.
·         Definisi
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.




·         Tujuan
a. Kesadaran diri.
b. Klarifikasi nilai.
c. Eksplorasi perasaan.
d. Kemampuan untuk menjadi model peran.
e. Motivasi altruistik.
f.  Rasa tanggung jawab dan etik.






·         Lima komponen fungsional berikut (Hamid, 1998) :
1.    Pengirim : yang menjadi asal dari pesan
2.    Pesan : suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirim kepada penerima
3.    Penerima : yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya diengaruhi oleh pesan.
4.    Umpan balik : respon dari penerimaan pesan kepada pengirim pesan
5.    Konteks : tatanan di mana komunikasi terjadi


3.      Perilaku,Pikiran dan Perasaan Seseorang di Lihat dari Teori Johari Window
Jendela Johari (Johari Window) adalah konsep komunikasi yang diperkenalkan oleh Joseph Luth dan Harry Ingram (karenanya disebut Johari). Jendela Johari pada dasarnya menggambarkan tingkat saling pengertian antarorang yang berinteraksi. Jendela Johari ini mencerminkan tingkat keterbukaan seseorang yang dibagi dalam empat kuadran, Kuadran-kuadran tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:
• Open
Menggambarkan keadaan atau hal yang diketahui diri sendiri dan orang lain. Hal-hal tersebut meliputi sifat-sifat, perasaan-perasaan, dan motivasi-motivasinya. Orang yang “Open” bila bertemu dengan seseorang akan selalu membuka diri dengan menjabat tangan atau secara formal memperkenalkan diri bila berjumpa dengan seseorang. Diri yang terbuka, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri demikian juga orang lain diluar dirinya dapat mengenalinya.
• Blind
Disebut “Blind” karena orang itu tidak mengetahui tentang sifat-sifat, perasaan-perasaan dan motivasi-motivasinya sendiri padahal orang lain melihatnya. Sebagai contoh, ia bersikap seolah-olah seorang yang sok akrab, padahal orang lain melihatnya begitu berhati-hati dan sangat tertutup, tampak formal dan begitu menjaga jarak dalam pergaulan. Orang ini sering disebut sebagai seseorang yang buta karena dia tidak dapat melihat dirinya sendiri, tidak jujur dalam menampilkan dirinya namun orang lain dapat melihat ketidak tulusannya.
• Hidden
Ada hal-hal atau bagian yang saya sendiri tahu, tetapi orang lain tidak. Hal ini sering teramati, ketika seseorang menjelaskan mengenai keadaan hubungannya dengan seseorang. “Saya ingat betul bagaimana rasanya dikhianati pada waktu itu, padahal aku begitu mempercayainya”. Luka hati masa lalunya tidak diketahui orang lain, tetapi ia sendiri tak pernah melupakannya.
• Unknown
Dikatakan “Unknown”, karena baik yang bersangkutan, maupun orang lain dalam kelompoknya tidak mengetahui hal itu secara individu. Sepertinya semua serba misterius
Jendela Johari juga bisa menjelaskan tingkat keterbukaan seseorang terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
Orang tipe I:
Merupakan orang yang terbuka. Terbuka kepada orang lain dan terbuka untuk orang lain menilai dan memberi masukan tentang dirinya.
Orang tipe II :
Merupakan orang yang menyembunyikan sebagian dari kebenaran tentang dirinya. Artinya ada hal-hal atau bagian yang dia sendiri tahu tapi orang lain tidak. Contohnya orang yang sakit hati dengan orang lain. Orang lain belum tentu tahu, tapi dia tahu.
Orang tipe III:
Merupakan orang yang buta. Disebut buta karena orang itu tidak tahu tentang sifat-sifat, perasaan-perasaan dan motivasi-motivasinya sendiri padahal orang lain melihatnya. Contohnya adalah orang yang sok akrab, padahal orang lain melihat dia sebagai seorang yang sangat berhati-hati dan tertutup, formal dan begitu menjaga jarak dalam pergaulan.
Orang tipe IV:
Merupakan orang tipe paling tertutup. Tidak mau membuka dirinya keluar maupun menerima pendapat/masukan/feedback dari luar. Panggilan yang tepat untuk yang yang demikian adalah orang yang misterius.
Johari Window atau Jendela Johari merupakan salah satu cara untuk melihat dinamika dari self-awareness, yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif kita. Model yang diciptakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham di tahun 1955 ini berguna untuk mengamati cara kita memahami diri kita sendiri sebagai bagian dari proses komunikasi.
Johari Awareness Model terdiri dari sebuah persegi yang terbagi menjadi empat kuadran, yaitu OPEN, BLIND, HIDDEN, dan UNKNOWN.
- Kuadran 1 (Open) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain. (Quadrant 1, the open quadrant, refers to behavior, feelings, and motivation known to self and others)
- Kuadran 2 (Blind) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh diri kita sendiri. (Quadrant 2, the blind quadrant, refers to behavior, feelings, and motivation known to others but not to self)
- Kuadran 3 (Hidden) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain. (Quadrant 3, the hidden quadrant, refers to behavior, feelings, and motivation known to self but not to others)
- Kuadran 4 (Unknown) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang tidak diketahui, baik oleh diri kita sendiri ataupun oleh orang lain. (Quadrant 4, the unknown quadrant, refers to behavior, feelings, and motivation known neither to self nor others)
Tes Jendela Johari dilakukan dengan memberi daftar berisi 55 kata sifat kepada subyek tes. Dari 55 kata sifat tersebut, subyek tes akan diminta untuk memilih lima atau enam kata sifat yang paling mencerminkan diri mereka. Anggota peer dari subyek tes ini kemudian akan diberikan daftar yang sama dan diminta untuk memilih lima atau enam kata sifat yang menurut mereka paling menggambarkan pribadi sang subyek tes. Hasil tersebut akan dicek silang dan dimasukkan dalam kuadran-kuadran yang tersedia.
Ke 55 kata sifat tersebut adalah: able, accepting, adaptable, bold, brave, calm, caring, cheerful, clever, complex, confident, dependable, dignified, energetic, extroverted, friendly, giving, happy, helpful, idealistic, independent, ingenious, intelligent, introverted, kind, knowledgeable, logical, loving, mature, modest, nervous, observant, organized, patient, powerful, proud, quiet, reflective, relaxed, religious, responsive, searching, self-assertive, self-conscious, sensible, sentimental, shy, silly, spontaneous, sympathetic, tense, dan trustworthy.
Joseph Luft berpendapat bahwa kita harus terus meningkatkan self-awareness kita dengan mengurangi ukuran dari Kuadran 2-area Blind kita. Kuadran 2 merupakan area rapuh yang berisikan apa yang orang lain ketahui tentang kita, tapi tidak kita ketahui, atau lebih kita anggap tidak ada dan tidak kita pedulikan. Mengurangi are Blind kita juga berarti bahwa kita memberbesar Kuadran 1 kita-area Open, yang dapat berarti bahwa self-awareness serta hubungan interpersonal kita mungkin akan mengalami peningkatan.


4.      Peningkatan Kesadaran Diri
Perawat merupakan profesi yang menolong manusia untuk beradaptasi secara positif terhadap stres yang dialami. Pertolongan yang diberikan harus bersifat terapeutik.
Instrumen utama yang dipakai adalah DIRI PERAWAT SENDIRI. Analisa diri sendiri merupakan dasar utama untuk dapat memberikan asuhan yang berkualitas
Fokus Analisa Diri :
1.      Kesadaran diri
-    Perawat perlu menjawab pertanyaan “Siapa  saya”
-  Perawat harus dapat mengkaji perasaan, perilakunya secara pribadi maupun sebagai pemberi perawatan.
-    Kesadaran diri akan membuat perawat menerima perbedaan dan keunikan klien.
- “ JOHARI WINDOW” menggambarkan tentang perilaku, fikiran, perasaan seseorang sebagai berikut :
Diketahui oleh diri sendiri dan orang lain
ü  Hanya diketahui oleh orang lain
ü  Hanya diketahui oleh diri sendiri
ü  Tidak diketahui oleh siapapun
3 Prinsip Johari Window
1.      Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain.
2.      Jika kuadran 1 paling kecil, bermakna komunikasi buruk dan kesadaran diri kurang.
3.      Kuadran 1 paling besar , bermakna individu memiliki kesadaran diri tinggi.
Cara meningkatkan kesadaran diri :
1.      Mempelajari diri sendiri
2.      Belajar dari orang lain
3.      Membuka Diri
Klarifikasi Nilai :
Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan yang cukup , sehingga tidak menggunakan klien sebagai sumber kepuasan dan keamanannya.
Eksplorasi Perasaan :
Perawat perlu terbuka dan sadar akan perasaannya , dengan demikian perawat akan mendapat informasi tentang :
1.      Bagaimana responnya pada klien
2.      Bagaimana penampilannya pada klien
Kemampuan Menjadi Model :
Perawat yang memiliki masalah pribadi misalnya : hubungan interpersonal yang terganggu akan berdampak pada hubungannya dengan klien.
5.      Tugas Perawat pada Setiap Fase Hubungan
FASE PRA INTERAKSI
Fase pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan.
Perawat yang sudah berpengalaman dapat menganalisa diri sendiri serta nilai tambah pengalamannya berguna agar lebih efektif dalam memberikan asuhan keperawatan. Ia seharusnya mempunyai konsep diri yang stabil dan harga diri yang adekuat, mempunyai hubungan yang konstruktif dengan orang lain dan berpegang pada kenyataan dalam menolong klien (Stuart dan Sundeen, 1987; 105).
Pemakaian diri secara terapeutik berarti memaksimalkan pemakaian kekuatan dan meminimalkan pengaruh kelemahan diri dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.


·         Prainteraksi
• Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri
• Analisa kekuatan-kelemahan profesional
• Dapatkan data tentang klien jika mungkin
• Rencanakan pertemuan pertama
Orientasi
• Tentukan alasan klien minta pertolongan
• Bina rasa percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka
• Rumuskan kontrak pertama
• Eksplorasi pikiran, perasaan dan perilaku klien
• Identifikasi masalah klien
• Rumuskan tujuan dengan klien
FASE ORIENTASI
Fase ini dimulai pada saat pertemuan pertama dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien.
Dalam memulai hubungan, tugas utama perawat adalah membina rasa percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien. Elemen-elemen kontrak (lihat Tabel 3) perlu diuraikan dengan jelas kepada klien sehingga kerjasama dapat dilakukan secara optimal. Diharapkan klien berperan serta secara penuh dalam kontrak, tetapi pada kondisi tertentu misalnya pada klien dengan gangguan realitas, maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak jika kontak relitas klien meningkat.
Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah serta merumuskan tujuan bersama klien.

Elemen Kontrak Perawat-Klien Pada tahap Orientasi
• Nama individu (perawat dan klien)
• Peran perawat dan klien
• Tanggung jawab perawat dan klien
• Tujuan hubungan
• Tempat pertemuan
• Waktu pertemuan
• Situasi terminasi
• Kerahasiaan
FASE KERJA
Pada fase kerja perawat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri serta mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaptif menjadi adaptif merupakan fokus fase ini.
FASE TERMINASI
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Keduanya (perawat dan klien) akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas perpisahan yang tidak dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih, penolakan perlu dieksplorasi dan diekspresikan.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan. Proses terminasi yang sehat akan memberi pengalaman positif dalam membantu klien mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam menghadapi terminasi dapat bermacam cara. Klien mungkin mengingkari perpisahan atau mengingkari manfaat hubungan. Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dan bermusuhannya dengan tidak menghadiri pertemuan atau bicara yang dangkal. Terminasi mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan klien sebagai penolakan atau perilaku klien kembali pada perilaku sebelumnya dengan harapan perawat tidak akan mengakhiri hubungan kerena klien masih memerlukan bantuan.
Perawat dapat menyampaikan atau mengkaji pesan secara non verbal antara lain:
1. Vokal: nada, kualitas, keras atau lembut, kecepatan yang semuanya menggambarkan suasana emosi.
2. Gerakan: refleks, postur, ekspresi muka, gerakan yang berulang atau gerakan-gerakan yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat diartikan sebagai suasana hati.
3. Jarak (space): jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain menggambarkan tingkat keintiman hubungan.
4. Sentuhan: dikatakan sangat penting tetapi perlu mempertimbangkan aspek budaya dan kebiasaan setempat.
·         SIKAP PERAWAT DALAM BERKOMUNIKASI
Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan klien. Perawat tidak cukup hanya mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi tetapi yang sangat penting adalah sikap atau penampilan dalam berkomunikasi.
·         KEHADIRAN DIRI SECARA FISIK
Egan (1975, dikutip oleh Kozier dan Erb, 1983; 372) mengidentifikasi 5 sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu:
1. Berhadapan. Arti dari posisi ini adalah ”saya siap untuk anda”.
2. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka. Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.
5. Tetap relaks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon terhadap klien.
Sikap fisik dapat pula disebut sebagai perilaku non verbal yang perlu dipelajari pada setiap tindakan keperawatan. Beberapa perilaku non verbal yang dikemukakan oleh Clunn (1991; 168-173) yang perlu diketahui dalam merawat anak adalah:
1. Gerakan mata.
Gerakan mata dapat dipakai untuk memberikan perhatian. Kontak mata berkembang pada anak sejak lahir. Kontak mata antara ibu dan bayi merupakan cara interaksi dan kontak sosial. Perawat perlu mengetahui perkembangan kontak mata, misalnya usia 2 bulan bayi tersenyum jika kontak mata dengan ibu. Bayi dan anak memperlihatkan reaksi yang tinggi terhadap rangsangan visual (Mahler, dikutip oleh Clunn, 1991; 171).
Kontak mata dan ekspresi muka adalah alat pertama yang dipakai untuk pendidikan dan sosialisasi. Anak sangat mengerti akan ekspresi ibu yang marah, sedih atau tidak setuju.
2. Ekspresi muka
Ekspresi muka umumnya dipakai sebagai bahasa non verbal namun banyak dipengaruhi oleh budaya. Orang yang tidak percaya pasti akan tampak dari ekspresi muka tanpa ia sadari.
3. Sentuhan
Sentuhan merupakan cara interaksi yang mendasar. Konsep diri didasari oleh asuhan ibu yang memperlihatkan perasaan menerima dan mengakui. Ikatan kasih sayang dibentuk oleh pandangan, suara dan sentuhan yang menjadi elemen penting dalam pembentukan ego, perpisahan dan kemandirian (Rubin, dikutip oleh Clunn, 1991, 173).
Sentuhan sangat penting bagi anak sebagai alat komunikasi dan memperlihatkan kehangatan, kasih sayang yang pada kemudian hari (dewasa) mengembangkan hal yang sama baginya.

·         KEHADIRAN DIRI SECARA PSIKOLOGIS          
Kehadiran diri secara psikologis dapat dibagi dalam 2 dimensi yanitu dimensi respon dan dimensi tindakan (Truax, Carkhoff dan Benerson, dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987; 126).
·         Dimensi Respon
Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menghargai, empati dan konkrit. Dimensi respon sangat penting pada awal berhubungan dengan klien untuk membina hubungan saling percaya dan komunikasi yang terbuka. Respon ini harus terus dipertahankan sampai pada akhir hubungan.
1. Keikhlasan
Perawat menyatakan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan berperan aktif dalam berhubungan demgan klien. Perawat berespon dengan tulus, tidak berpura-pura, mengekspresikan perasaan yang sebenarnya dan spontan.
2. Menghargai
Perawat menerima klien apa adanya. Sikap perawat harus tidak menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek dan tidak menghina. Rasa menghargai dapat dikomunikasikan melalui: duduk diam bersama klien yang menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien dan menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu.
3. Empati
Empati merupakan kemampuan masuk dalam kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran dan perasaannya. Perawat memandang melalui pandangan klien, merasakan melalui perasaan klien dan kemudian mengidentifikasi masalah klien serta membantu klien mengatasi masalah tersebut. Melalui penelitian, Mansfield (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987; 129) mengidentifikasi perilaku verbal dan non verbal yang menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai berikut:
• Memperkenalkan diri kepada klien.
• Kepala dan badan membungkuk ke arah klien.
• Respon verbal terhadap pendapat klien, khususnya pada kekuatan dan sumber daya klien.
• Kontak mata dan berespon pada tanda non verbal klien misalnya nada suara, gelisah, ekspresi wajah.
• Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan, melalui ekspresi wajah.
• Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.
4. Konkrit
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik, bukan yang abstrak. Hal ini perlu untuk menghindarkan keraguan dan ketidakjelasan. Ada 3 kegunaannya, yaitu:
• Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien
• Memberi penjelasan yang akurat oleh perawat
• Mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik.
·         Dimensi Tindakan
Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Tindakan yang dilaksanakan harus dalam konteks kehangatan dan pengertian. Perawat senior sering segera masuk dimensi tindakan tanpa membina hubungan yang adekuat sesuai dengan dimensi respon. Dimensi respon membawa klien pada tingkat penilikan diri yang tinggi dan kemudian dilanjutkan dengan dimensi tindakan.
Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emotional chatarsis dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1987; 131)
1. Konfrontasi.
Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien ynag tidak sesuai. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987; 131), mengidentifikasi 3 katagori konfrontasi, yaitu:
a. Ketidaksesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal diri klien (keinginan klien)
b. Ketidaksesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien.
c. Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dan pengalaman perawat.
Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien terhadap kesesuaian perasaan, sikap, kepercayaan dan perilaku. Konfrontasi dilakukan secara asertif, bukan marah atau agresif.
Sebelum melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji antara lain: tingkat hubungan saling percaya, waktu yang tepat, tingkat kecemasan klien dan kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat diperlukan pada klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya belum berubah.
2. Kesegeraan
Kesegeraan berfokus pada interaksi dan hubungan perawat-klien saat ini. Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera.
3. Keterbukaan
Perawat harus terbuka memberikan informasi tentang dirinya, ideal diri, perasaan, sikap dan nilai yang dianutnya. Perawat membuka diri tentang pengalaman yang berguna untuk terapi klien. Tukar pengalaman ini memberi keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan memberi sokongan.
Melalui penelitian ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-klien dapat menurunkan tingkat kecemasan perawat-klien (Johnson, dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987; 134).
4. Emotional Chatarsis
Emotional chatarsis terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang sangat mengganggu dirinya. Ketakutan, perasaan dan pengalaman dibuka dan menjadi topik diskusi antara perawat-klien.
Perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien mendiskusikan masalahnya. Jika klien mengalami kesukaran mengekspresikan perasaannya, perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien.
5. Bermain Peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu. Hal ini berguna untuk meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari pandangan orang lain. Bermain peran menjembatani anatara pikiran serta perilaku dan klien akan merasa bebas mempraktekkan perilaku baru pada lingkungan yang aman.
Ringkasan dimensi respon dan tindakan dapat dilihat pada Tabel 4. Perawat senantiasa harus mencoba berbagai teknik, cara dan sikap yang dapat meningkatkan efektivitas komunikasi dan hubungan perawat-klien.



















BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
·         Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
·         Tujuan komunikasi terapeutik adalah :
a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan    mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
·         Tugas prwt dlm tiap-tiap fase
Prainteraksi :Mengekplorasi perasaan, harapan, dan rasa takut diri sendiri.
Menganalisa kemamp. & kekurangan diri
Mengumpulkan data klien (bila mungkin)
Merencanakan pertemuan pertama dgn klien
Orientasi :Mengidentifikasi alasan klien meminta bantuan
Membangun trust, menerima, dan membuka komunikasi
Bersama-sama membuat kontrak
Mengekplorasi pikiran, perasaan, dan tindakan klien
Mengidentifikasi masalah klien
Menetapkan tujuan dgn klien
Kerja :Mengekplorasi stressor yg berkaitan
Meningkatkan insight dan mekanisme koping klien
Terminasi :Mereview perkembangan terapi dan tujuan yg tercapai
Mengekplorasi perasaan satu sama lain;rejeksi,
kehilangan, kesedihan, dan kemarahan dan dihubungan dgn perilaku.
·         Hambatan Komunikasi Terapeutik.
1. Resisten.
2. Transferens.
 3. Kontertransferens.
2. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehari – hari terutama dalam proses pembangunan dan dalam proses keperawatan dan diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan bahasa yang sesuai dalam pergaulan sehari – hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik dengan pasien guna untuk menjalin kersama dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di tempat kita bekerja.








Daftar Pustaka
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi.Cetakan  2004
Koentjoro. 1989. Konsep Pengenalan Diri dalam AMT. Makalah. Dalam Modul Pelatihan AMT. Jurusan Psikologi